Salah satu pelajaran terakhir yang bisa kita ambil sebagai pelajaran adalah skandal yang dialami oleh Ilkka Kanerva, Menteri Luar Negeri Finlandia. Kanerva diketahui perbuatan yang tidak etis serta melanggar integritas sebagai pejabat negara dengan mengirimkan ratusan sms yang bersifat kurang senonoh kepada seorang penari erotis Johanna Tukiainen. Seperti dikutip dari Harian Kompas berikut ini:
Kanerva mengirim 200 SMS kepada Tukiainen, penari erotis berusia 29 tahun yang juga pemimpin rombongan erotis, Skandinavian Dolls. SMS genit Kanerva ini pertama kali dikirim setelah dia melihat penampila aduhai Tukiainen saat tampil dalam pesta ulang tahun Menlu ke-60 belum lama ini.Dalam salah satu SMS-nya, Kanerva meminta Tukiainen, yang pernah berpose telanjang di majalah ini, bisa tampil erotis di sebuah tempat yang juga erotis."Apakah Anda bersedia tampil (erotis) di sebuah tempat yang juga erotis? Di mana tempatnya? Apakah memungkinkan menyentuhmu di sebuah klab malam?" demikian antara lain isi SMS Kanerva yang dikirim ke telepon seluler Tukiainen pada pukul 01.00. Ulah genit Kanerva menggunakan telepon seluler ini bukan yang pertama kali. Saat menjadi Wakil Ketua Parlemen pada tahun 2005, Kanerva juga pernah ketahuan mengirim sejumlah besar SMS kepada dua model.
Pelajaran penting yang bisa diambil dari kasus Kanerva adalah betapa sikap tegas harus diambil kepada pejabat negara yang bertindak di luar koridornya sebagai pejabat yang bertugas melayani masyarakat. Yang menarik adalah, meskipun korbannya dalam hal ini hanyalah seorang penari erotis tetapi dari sudut pandang politis dan status hukum Finlandia, Tukiainen tetaplah dipandang sebagai warga yang sederajat dan menjadi bagian penting sebagai warga negara. Jika di Indonesia, pastilah Kanerva yang dibela karena Tukiainen hanyalah seorang perempuan hina bagi kaum religius Indonesia.
Selain itu, sikap tegas tersebut juga ditunjukkan secara luas dengan memuat di surat kabar dan menjadi tuntutan masyarakat secara luas. Betapa konsisten sikap dan cara pandang baik media massa maupun masyarakat terhadap kasus tersebut, yang menunjukkan tuntutan yang tinggi atas etika dan integritas bangsa Finlandia yang harus ditunjukkan oleh pejabat mereka.
Hal yang hampir serupa juga sempat kuikuti berita dan perkembangannya ketika di Norwegia mengenai korupsi yang terjadi di suatu kommune. Hanya karena tidak cukup lama memuat pengumuman lelang proyek suatu kegiatan, maka masyarakat menuntut panitia dengan tuduhan korupsi. Meski tidak terbukti ada praktek suap, tetapi hal tersebut cukup lama dibahas hingga muncullah peraturan dan rambu-rambu baru tentang pencegahan korupsi. Padahal, tingkat korupsi di Norwegia seperti juga tetangga Skandinavia lainnya relatif rendah (jika belum bisa dibilang tidak ada sama sekali ya). Tetapi, hal tersebut secara gamblang menunjukkan bahwa bagi bangsa Skandinavia, betapa penting arti etika dan integritas tersebut.
Nah, kapan Indonesia bisa belajar dan menunjukkan bahwa kita juga bangsa yang benar-benar santun, jujur dan adil, tidak korupsi, dan memiliki etika? Ayo, segera kita praktekkan!
No comments:
Post a Comment