Wednesday, April 30, 2008

Quote of the day: On Kartini


”Jangan lupa gembok”. Aku tak akan lupa, tak akan lupa. Gembok itu melindungi perempuan pemijat dari dosa, kata pegawai jawatan agama kabupaten; gembok adalah teknologi kealiman, peranti iman, pelindung harmoni keluarga, perisai kesehatan jasmani & rohani. ”Tentu, tentu, tentu. Amin, amin, amin,” kata Kartini, kata Kardinah, kata perempuan-perempuan pemijat, kata asisten pemilik usaha, dan tak seorang pun yang tak patuh.

Ini pagi, kata Kartini, dan tiap pagi di tempat ini selalu dimulai dengan ingatan tentang dosa, kekotoran manusia, atau najis, Tuhan yang mengirimkan sifilis, insan yang menyembunyikan kemungkinan-kemungkinan jorok, syahwat yang hanya sedetik dirasakannya, dan fatwa yang menyuntikkan ke jantungnya segumpal rasa bersalah seperti dokter menyuntikkan serum kuda.

Catatan Pinggir: Ini Pagi, Kata Kartini
Majalah Tempo, Edisi. 38/IX/28 April - 04 Mei 2008

Tuesday, April 29, 2008

violence is - always - on the way



Aku sungguh sedih dan miris ketika membaca berita ini. Seolah mengatakan bahwa "kekerasan" adalah satu-satunya bahasa yang digunakan oleh manusia-manusia beragama dan beriman di negeri ini. Violence is certainly become our effective language. Violence is - always - on the way of our life.

Aku percaya Tuhan tak pernah 'marah' kepada umatnya. Ia selalu memiliki cara yang unik untuk "mendidik" manusia agar menjadi baik dan sesuai dengan cita-cita kehidupan yang diciptakan-Nya sendiri. Aku membayangkan hal tersebut seperti Orang tua mendidik Anak-anaknya. Betapa pun kesalahan dan kelainan yang dialami atau dilakukan oleh si anak, orang tua pasti akan berusaha melindungi dan mengembalikannya sekuat tenaga ke cita-cita yang diinginkan oleh orang tua.

Alkisah, di sebuah keluarga yang terdiri dari Orang tua dan dua orang Anak. Kemudian, salah satu Anak melakukan tindakan "tercela" dan "menyimpang". Misalnya, dia jadi pemabuk dan pemadat serta kecanduan obat-obatan terlarang. Si Anak menjadi jauh dari keluarga bahkan dia kemudian mempercayai hal-hal yang tidak semestinya dan bahkan bertindak kriminal. Intinya, si Anak kemudian melanggar semua etika, moralitas, dan keyakinan keluarga yang ada. Pertanyaan yang penting di sini adalah apakah yang seharusnya si Orang tua lakukan terhadap si Anak tersebut?

Menurutku, Orang tua yang baik dan mulia tidak akan menyia-nyiakan atau mengabaikan si Anak. Si Orang tua akan berupaya sekuat tenaga dan berbagai cara untuk mengembalikan kebaikan yang pernah dimiliki si Anak. Mengembalikannya ke "jalan yang benar". Kemudian, pertanyaan berikutnya adalah cara apa yang bisa dilakukan? Apakah perlu si Orang tua "membakar" kamar tidur si Anak? Apakah perlu si Orang tua "membakar" tempat sekolah si Anak? (karena di sekolah itulah si Anak terlibat obat terlarang, misalnya). Apakah perlu si Orang tua "memukuli" dan "menyiksa" si Anak agar mau menurut dan tunduk kepada ajaran "baik" si Orang tua? Dan, apakah perlu si Orang tua "mengancam" bahkan kemudian "membunuh" si Anak?

Mungkin, Anda akan menjawab bila perlu, semua kekejaman itu perlu dilakukan demi tegaknya nilai keluarga (baca: ajaran "mulia"). Tapi menurutku, jika kita sadar sebagai manusia dan juga memiliki memiliki semangat baik dan mulia sebagai Orang tua, maka kita harus terus mengedepankan cara-cara yang "baik dan mulia" pula. Cara tersebut adalah cara-cara anti-kekerasan. Cara-cara yang mampu menggugah kesadaran secara utuh dan terus menerus, bukan karena ketakutan dan bukan karena paksaan yang menghasilkan kesetiaan dan sikap tunduk yang semu.

Jika kemudian kita "bakar" kamar, sekolah si Anak. Ditambah "memukul" dan "menyiksa" si Anak agar tunduk dan menurut, tidakkah kita malah menunjukkan bahwa jalan keluarga tersebut (cara si Orang tua) adalah cara yang "benar"? Dengan kata lain, itulah ajaran keluarga yang seharusnya dipraktekkannya, yaitu "membakar", "memukul", "menyiksa", dan "membunuh". Jika benar demikian, patutlah kita bertanya "itukah cara manusia mendidik dan belajar dengan sesamanya? Dengan kekerasan dan kekejaman?

Jika hewan saja, seperti Penguin memiliki "kebijaksanaan" dalam mendidik anak-anaknya, mengapa manusia tidak bisa memilikinya? Tiga kebijaksanaan yang dimiliki Penguin sebagai orang tua, yang patut kita jadikan pelajaran adalah fatherhood, patience, dan endurance.

Thursday, April 24, 2008

Crude oil price graph

I feel more worried everytime I look at climbing pattern graph like crude oil price pattern lately. Even in Indonesia, the president promised will not raise the price of premium/gasoline this year but how long we can hold such pressure?

Just like you got serious infection at your leg. It is necessary for you to get proper medicine and surgery to prevent that infection spread around other part of body. But, you keep saying that it was not necessary as you feel it will recovery by itself soon. The problem is many expert - doctors and health expert - have suggest you collectively that you should get surgery soon because it will create another problem instead. What do you think?

However, just like many Indonesian. We just let it happen, more pray and ask God to protection and mercy upon Him, and later if something bad happen then blamed it on foreign people or someone else. That's all...

very very Indonesia!

Very very Indonesia! (read: Indonesia banget!).

Such jargon get more conclusive evidence based on research from Frontier Consulting. From The Jakarta Post article titled Superstitious, religious overtones lure RI consumers.

10 Indonesian consumers characteristics:

1. Prefer immediate benefits
2. Do not have long-term plans
3. Like to spend time with friends and relatives
4. Slow in adapting to technology
5. Prefer context to content
6. Like foreign brands
7. Attracted to the religious and superstitious
8. Like to show off
9. Have strong subcultural influences
10. Less aware of the environment

I feel that none of those 10 characteristics have "positive" influence for better living in this country.


Tuesday, April 22, 2008

Opinion of the day

Good opinion in The Jakarta Post, Motivation vs Inspiration by Desi Anwar


That this country is rich in religion and yet poor in ethics is one of the reasons our development as a nation is difficult to achieve and sustain. It is because of this, Indonesia is cursed with a dearth of inspiring leaders and an overdose of lawmakers motivated by greed and religious leaders motivated by fear.


When blame is still the way we strengthen our faith and greed or suspicion, and when blame is the source of our motivation, our values rest on a very fragile foundation indeed. For it is a foundation based on ignorance, and unless we lighten up as a nation, we will find ourselves dragged back into the Middle Ages where women wore chastity belts and heretics were burned at the stake.


I still hear people - who claimed themselves as defender of holy teaching and supreme religion - said that their religious teaching is the only solution and their voice is getting bigger and louder.

Somehow I really salute and respect an atheist rather than a bunch of religious people wearing holy clothes while yelling and screaming God's name but I could not see any peace every time I stand along among them. I am not afraid if eventually they kill me, instead I worry if they provide evidence that my opinion is true. My opinion about how latent and lethal their ambition supposed to be.




Nostalgia: Buku ospek mahasiswa


Minggu lalu, sepenggal nostalgia ini hampir terbuang tanpa sempat direkam ulang. Sebuah buku yang kugunakan ketika mengikuti Orientasi Perguruan Tinggi (OPT) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) tahun 1995. Buku warna abu-abu yang sudah lusuh karena di-'olah' sedemikian rupa selama 2 hari masa OPT plus 1 bulan Pasca OPT.

Buku ini bisa jadi semacam time capsule yang mengingatkan berbagai hal yang pada jamannya sungguh merupakan sesuatu yang tak patut untuk dilupakan dengan mudahnya. Sebuah kebanggaan sekaligus kekhawatiran akan sebuah perjalanan yang panjang, namun tak terasa telah lama berlalu. Kebanggaan karena diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di salah satu kampus terbaik di negeri ini. Kekhawatiran karena harus menunjukkan bukti atas kesempatan yang telah diberikan.

Di dalam buku ini aku temukan beberapa hal yang mengingatkan kedua perasaan tersebut. Pertama, ketika membuka halaman sampul buku tersebut aku sudah dihadapkan pada dua halaman yang bersisian yang memberikan gambaran apa yang seharusnya dan tidak seharusnya aku lakukan selama menjadi mahasiswa. Seperti terlihat di gambar berikut, di sebelah kanan terdapat tulisan "Mahasiswa Mengabdi Almamater" sedangkan di sebelah kiri terdapat simbol yang jika dibaca menjadi "Anti DO". Dulu, kedua halaman ini menjadi semacam pemecut sekaligus pengendali agar mampu menyelesaikan tugas sebagai pelajar di negeri ini. Puji Tuhan, aku berhasil menyelesaikan semua tugas-tugasku sebagai pelajar pada waktu itu.


Selain kedua halaman tersebut, ada satu bagian yang juga cukup signifikan memberiku inspirasi tentang bagaimana seharusnya kehidupan kampus kujalani. Di bagian "Sekapur Sirih", Freddy Hendradjaja Sukardji - Ketua Pelaksana Harian OPT FEUI 1995 memberikan pengantar yang berjudul "Jantuk, Cepot dan Mahasiswa".


Salah satu paragraf favoritku yang memberikan inspirasi atas pilihan kegiatan dan aktivitas yang aku lakukan di kampus adalah sebagai berikut:
Mahasiswa bukanlah individu yang hanya memiliki suatu kehidupan yang monoton; pergi ke kampus, kuliah, kemudian pulang tanpa mengetahui siapa teman sebelahnya saat kuliah, atau dosen yang mengajarnya atau pedagang nasi rames pada saat ia makan siang di kantin kampus. Mahasiswa memiliki kehidupan yang dinamis, yang berbeda pada saat ia bersekolah di SD hingga SMA. Kehidupan seorang mahasiswa adalah kehidupan yang menggairahkan; dituntut menyelesaikan tugas kuliahnya sementara ia dikejar deadline untuk penerbitan majalah kampusnya; berusaha tetap hadir di kelas sementara ia harus mengejar calon pembicara seminar mahasiswa; berkutat dengan buku menghadapi ujian sementara terngiang di kepalanya bahwa besok ia akan bermain bola membela fakultasnya.

Lagi-lagi, aku bersyukur bahwa aku sempat menjalani semua saran Bos Freddy tersebut. Aku cukup mengenal setiap orang mulai dari staf akademik hingga pedagang di kantin. Aku juga ikut dalam berbagai kegiatan mahasiswa dan pertandingan olahraga, meskipun tidak bermain bola di tengah lapangan untuk kompetisi karena aku yang menjadi manajer timnya. Aku bersyukur karena aku sempat mengenal warna lain dalam kehidupan kampusku. Terima kasih, Bos Freddy. ("Bos" adalah panggilan kami, mahasiswa baru untuk para senior kami selama periode OPT. Karena 'keterusan' hingga seterusnya, sulit bagi kami untuk tidak menggunakan panggilan tersebut).

Dan yang terakhir adalah lagu yang diajarkan oleh para senior kami. Judul lagu tersebut adalah "Lagu Sombong". Silahkan lihat dan baca lirik lagu tersebut (lihat di bawah), dan silahkan juga artikan serta mengungkapkan pendapat masing-masing. Dulu, lagu ini harus kami kuasai sebagai bentuk "kebanggaan" (Yah, dari judulnya mungkin nyaris bisa dibilang "kesombongan") terhadap fakultas dan almamater kami. Mohon maaf jika ada yang tersinggung yah...

Friday, April 18, 2008

Song of the Day

My song of the day is The Second You Sleep by Saybia.

I love it, the lyric is quite simple but powerful. Touchy...

Below is my best part of the lyrics:


You close your eyes

And leave me naked by your side

You close the door so I can't see

The love you keep inside

The love you keep for me

It fills me up

It feel like living in a dream

It fills me up so I can't see

The love you keep inside

The love you keep for me


The video clip also great. Enjoy!



Sad news... but obvious

Indonesia has officially stopped being the tolerant nation it has always proclaimed to be, especially when it comes to religion. The country with the world's largest Muslim population, one that has long prided itself for its diversity and peaceful coexistence between people of different faiths, is no longer a safe place, particularly for religious minorities.
The Jakarta Post, Editorial: Religious persecution (Friday, April 18, 2008)

This is a bad news, but quite obvious and unavoidable. And, ironically, it happens intensively that jargon of "tolerant" and "peaceful" Indonesia become lips service rather than reality. Why I said that? It because none of us now really fight for that for sure. In almost any field, people talk about "majority rule" and never talk about "how about the minority one?".

There are several example such as building praying house. There are no restriction at all for the majority to build new praying house. Of course, if we consider the requirements to build the house there will be no restriction at all for the majority. If any, it was not so significant. Particularly when local leader also in the same group. Quantity does matter! But what happen when the minority wants to build praying house, they have to pass on layers of permission and at the end they don't get it simply because the majority not allowed with thousands of reasons. Meanwhile, when they gathered in their humble house just to pray (since they cannot build one for their own), people will condemned them and burned their house. Why? Do the minority ever complaint about how noisy the speaker just to call for pray? Why should they? They have no right to complain. They are minority!

Another clear example. Why government forbid Ahmadiyah while allowing "vigilante groups" that burn shops and cafe, fight and beaten people on the street existed in this earth? You know who... They just campaign about "real religious life" but they give us no evidence but violence and more violence. Even there are a clear groups that support Bali Bombing still exist in this country, but no one do nothing about it. In fact, the leader still get full coverage from the media every time he preach and agitating his follower. How strange?

However, that all I can say. No matter what I am thinking of, I am just a minor voice. The best way I can do, as my parents and my believe always teach me, is do the best for your society. Give the world the best you've got anyway. In the final analysis, it is between you and God; it was never between you and them anyway.


Thursday, April 17, 2008

Catch a mouse without "entrap" it?


From The Jakarta Post article, Thursday April 4, 2008 titled SBY slammed for corruption comments,

In a speech to participants of a national law convention here Tuesday, Yudhoyono said law enforcers should not "entrap" people.

"If a citizen breaks the law because of his or her ignorance, we are guilty as well. Worse, (we) let hem be trapped instead of just reminding them," he said.

The President specifically told the KPK, the Supreme Audit Agency and the Attorney General's Office to avoid entrapping citizens by taking advantage of their ignorance of laws and regulations on corruption.


What a "very kind" strategy to fight corruption proposed by SBY? Can corruption be categorized as "disguised" crime or "undisguised" crime? I believe corruption is "disguised" crime. If it is so, then you cannot prevent corruption just by reminding the suspects, right?

Imagine you want to catch a mouse who is hiding inside your house. It often stolen your cheese or food on table. If you know that it exists but you cannot catch it easily, because it hide very nicely and move very efficiently - just like corruptors, they are exists but you cannot nailed them easily. One effective way to catch the mouse, to prevent it steeling your cheese or food, is to set up a trap. In other words, you should entrap them. What else can you do? Can you talk to the mouse and reminding them not to stole your food? I wish I could, but in reality it pretty-absolutely-undoubtedly impossible!

If SBY wants us to remind the corruptors, I believe our religious leaders already did that job most of the time. Even the leaders already used such a strong motivations related with God's punishment in hell (assumed that as religious people, the corruptors more afraid with God's law rather than human-made law). But, it was not effective at all, right? So, how come that KPK's strategy to "entrap" corruptors not being supported by SBY?

My best guess, SBY is too naïve. Maybe?




Tuesday, April 15, 2008

Kartu Kendaraan Permata Depok Regency

Salah satu hal yang sempat dibahas dan diusulkan dalam pertemuan perwakilan warga Permata Depok Regency (PDR) dengan developer PT Citrakarsa Hansaprima beberapa waktu lalu adalah penerapan sistem kartu akses untuk penghuni/warga PDR. Berikut ini adalah wujud kartu tersebut:

Jadi, kartu ini sedianya diisi oleh pemilik kendaraan penghuni PDR. Jika akan keluar maka kartu tersebut ditunjukkan atau diserahkan ke pos keamanan. Jika akan masuk lagi ke lingkungan cluster akan dikembalikan dan disimpan oleh pemilik kendaraan.

Hal tersebut didasari pemikiran bahwa kartu tersebut dapat mencegah kendaraan dikendarai bukan oleh pemilik (baca: pencuri) karena kartu tersebut sedianya bisa disimpan oleh penghuni, bukan melekat di mobil. Jika menggunakan stiker, misalnya, maka bisa saja mobil atau motor dikendarai oleh siapa saja dan sulit membuktikan bahwa kendaraan tersebut memang dipinjam atau dicuri. Salut untuk Pak Basya (atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Abas), ketua paguyuban PDR yang mencetuskan ide ini.

Kapan yah realisasinya? Mudah-mudahan segera...

Monday, April 14, 2008

My Coffee




My favorite is hot cappuccino, tall. Sometimes, occasionally I also prefer hot coffee latte plain.

Sunday, April 13, 2008

Permata Depok Regency: Pertemuan Warga dan Developer

Posting ini merupakan laporan pertemuan antara perwakilan warga Permata Depok Regency (PDR) dengan developer PT Citrakarsa Hansaprima. Pertemuan berlangsung di kantor pemasaran PDR, yang dimulai lebih kurang pukul 10 pagi hari Sabtu, 12 April 2008.

Pertemuan ini merupakan hasil dari keluhan warga PDR yang sempat diajukan seminggu sebelumnya yang rencananya berbentuk "aksi damai" di Taman Ruby. Sebelum pertemuan ini, untuk memberikan gambaran persoalan detil yang dialami oleh warga PDR, telah dilakukan jajak pendapat dengan menyebarkan kuesioner yang mencoba merangkum apa saja persoalan yang dialami oleh warga. Hasilnya bisa dilihat pada posting sebelumnya yang berjudul "Kepuasan Warga Permata Depok Regency"

Pertemuan berlangsung kondusif dengan membahas satu per satu daftar keluhan yang disampaikan warga melalui jajak pendapat kemarin. Dari pihak developer hadir jajaran pimpinan dan koordinator/manajer dan owner PT Citrakarsa Hansaprima (lihat foto).



Dari pihak perwakilan warga, hadir pimpinan Paguyuban Warga PDR dan anggota-anggota seksi komplain dan kesra serta perwakilan warga yang pernah mengalami sendiri permasalahan dengan PDR. Beberapa foto-fotonya bisa dilihat dibawah ini.




Secara umum, pertemuan ini menghasilkan beberapa komitmen dari PT Citrakarsa Hansaprima untuk menindaklanjuti berbagai kekurangan, terutama yang cukup lama disorot adalah tentang kelancaran saluran air dan antisipasi terjadinya genangan air di jalan dan banjir. Selain itu, soal keamanan juga sudah dimulai pemasangan kawat berduri di beberapa titik rawan yang berbatasan dengan wilayah di luar cluster. Sampai pada tahap ini, perwakilan warga cukup menghargai kesediaan berdialog dari developer dan sangat berharap untuk bisa melihat bukti dari komitmen yang telah disampaikan.

Aku pribadi menyampaikan pendapat dan kesan umum dari hasil pertemuan tersebut sebagai berikut: selama ini berkembang pendapat bahwa pihak developer sangat lambat (jika tidak bisa dibilang sama sekali tidak berbuat yah!) dalam menanggapi persoalan dan keluhan warga PDR. Dan pendapat ini semakin luas diamini oleh para warga. Untuk itu, sangat diharapkan aksi yang konkrit dari pihak developer untuk membuktikan bahwa pendapat tersebut salah. Artinya, developer harus bisa menunjukkan perubahan dalam melengkapi fasilitas dan sarana prasarana layaknya perumahan model cluster. Selain itu, sikap cepat tanggap dan tuntas dalam menanggapi berbagai keluhan akan dapat membuktikan kesalahan pendapat warga PDR tersebut. Alhasil, tentu warga PDR akan dengan bangga dan secara luas bersedia menjadi bidang marketing terselubung dan mempromosikan PDR kepada khalayak yang lebih luas. Tidakkah hal tersebut berarti "kita untung, developer untung" -- meminjam iklan salah satu produk minyak pelumas dalam negeri.

Untuk itu, mari kita tunggu pembuktian dari PT Citrakarsa Hansaprima...

Friday, April 11, 2008

"Kepuasan" Warga Permata Depok Regency

Posting ini didasarkan pada hasil survey kecil tentang "kepuasan" warga Permata Depok Regency (PDR) terhadap situasi lingkungan perumahan PDR. Kepuasan ini diukur secara sederhana berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada warga PDR pada 6 - 11 April 2008. Di dalam kuesioner tersebut ditanyakan mengenai tiga kelompok umum persoalan kerap dikeluhkan oleh warga PDR, yaitu:
  1. Persoalan saluran air/got
  2. Persoalan keamanan
  3. Persoalan kebersihan
Selain ketiga kelompok persoalan tersebut, juga dipersilahkan untuk menyampaikan keluhan atau kepuasaan (jika ada) terhadap hal-hal lain selain ketiga kelompok tersebut. Umumnya, persoalan lainnya masih berkaitan erat dengan ketiga kelompok tersebut.

Kuesioner yang disebar adalah sejumlah lebih kurang 200 lembar dan yang kembali per tanggal 11 April 2008 ada sejumlah 61 kuesioner. Hasil dari rekapitulasi sementara atas kuesioner yang terkumpul memberikan gambaran sebagai berikut:

Berdasarkan peringkat, sepuluh persoalan yang dikeluhkan oleh warga PDR adalah:
  1. Saluran air/got tidak lancar
  2. Penerangan jalan umum
  3. Kebersihan jalan dan sekitarnya
  4. Sarana komunikasi untuk satpam
  5. Akses masuk yang ketat
  6. Sampah yang menyumbat saluran air/got
  7. Saluran air/got sering meluap/banjir
  8. Jumlah satpam/tenaga keamanan
  9. Ketidakjelasan status sertifikat/dokumen
  10. Frekuensi pengambilan sampah
Dari ke-10 persoalan yang terungkap di atas, ada 3 persoalan yang sebenarnya saling terkait yaitu persoalan ranking 1, 6, dan 7: Saluran air/got tidak lancar, sampah yang menyumbat saluran air/got, dan saluran air/got sering meluap/banjir. Rasanya, hal ini tidak dapat dipungkiri lagi, bukan?

Selain persoalan yang diperingkat, persoalan lain spesifik yang dikemukakan oleh pendapat warga PDR adalah:
  1. Pagar batas cluster khususnya untuk penerapan sistem cluster penuh
  2. Penerangan jalan, khususnya di depan pintu masuk dan sekitar taman
  3. Kualitas jalan yang rusak, becek, tergenang air dan sebagainya
  4. Taman yang kurang terawat dan rumah kosong yang perlu ditertibkan dan dibersihkan secara berkala
  5. Sarana kerja satpam
  6. PBB yang belum ada/diterima
Jika kemudian dikelompokkan, maka persoalan dan keluhan yang muncul dan belum tertangani dapat dikategorisasi sebagai berikut:

Masalah saluran air
Inti dari masalah ini adalah manajemen pengelolaan air limbah dan saluran air lingkungan. Permasalahan utamanya meliputi: Saluran air/got tidak lancar, karena sampah yang menyumbat saluran air/got, sehingga saluran air/got sering meluap/banjir, ketinggian/kemiringan saluran air (leveling), dan genangan air di jalan.

Masalah keamanan
  • Penerapan sistem cluster penuh terutama terkait dengan: akses keluar-masuk satu pintu, tinggi dinding batas cluster yang kurang, dan sistem akses keluar-masuk dengan kartu/stiker
  • Kelengkapan tenaga keamanan: jumlah satpam/tenaga, jumlah pos satpam, sarana kerja satpam (handytalky, senter+baterai yang mencukupi, pentungan, jas-hujan, sepeda, borgol, dsb), dan jadwal patroli keliling.
  • Penerangan jalan lingkungan terutama terkait dengan: pintu masuk sejak jalan raya Citayam hingga ke dalam cluster, taman, dan titik-titik gelap lainnya.
Masalah Kebersihan
Masalah ini sangat tergantung pada alokasi dan pembagian kerja tentang manajemen pengelolaan sampah terutama pada jumlah: 1) Tenaga kebersihan untuk mengumpulkan sampah dan membersihkan jalan; dan 2) Tenaga mengangkat sampah dari saluran air dan menjamin saluran air tetap lancar.

Selain itu, sangat penting menjaga kebersihan pasca pembersihan mengingat sudah dimulainya kegiatan membersihkan sampah/galian di pinggir saluran yang baru diangkat dari saluran tersebut.

Hasil pooling ini akan disampaikan kepada developer PT Citrakarsa Hansaprima dalam pertemuan hari Sabtu, 12 April 2008 nanti. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kepuasan penghuni PDR.

Wednesday, April 09, 2008

Nina Bobo ala SBY

Dari Harian Pos Kota Online:
Entah memang mengantuk atau tidak tertarik dengan pembekalan yang disampaikan Presiden SBY, salah seorang pimpinan daerah (Bupati, red) tertidur di kursinya. Karuan saja, hal ini membuat SBY kesal dan marah. Spontan dia memukul podium

"Tolong bangunkan yang tidur itu. Kalau mau tidur, silahkan di luar saja!" tegas Presiden seraya menunjuk ke pejabat yang tertidur. Ratusan peserta Forum Konsultasi Pimpinan Daerah yang terdiri dari bupati, walikota dan pimpinan DPRD di Gedung Lemhanas, Jakarta, lalu menengok ke arah yang ditunjuk.

Peristiwa tersebut bisa jadi merupakan hal yang miris, sekaligus menggelikan. Miris, karena hal tersebut mengindikasikan wibawa presiden berada pada situasi yang paling rendah. Menggelikan karena sesungguhnya tidaklah aneh melihat para pejabat di Indonesia tidur di tengah forum pertemuan mereka sendiri. Bukankah kita sudah sering melihat langsung wakil rakyat kita tidur di tengah sidang soal rakyat - meminjam lirik lagu yang ditulis Iwan Fals.

Tentang hal yang miris, kewibawaan Presiden SBY bisa jadi telah memudar bisa jadi suatu keniscayaan - khususnya dalam hal pidato-pidato beliau - setidaknya karena beberapa hal:
  1. Materi yang beliau sampaikan kerap kali merupakan sesuatu yang belum membumi bagi para pejabat apalagi bagi rakyat. Lebih-lebih, seperti kebanyakan pemimpin di Indonesia, SBY tidak pernah menyampaikan pemikiran dan gagasannya secara 'langsung', singkat dan padat.
  2. Gaya berbicara dan bahasa yang beliau gunakan, terlebih belakangan ini, kian membosankan dan terlalu fokus pada pemilihan kata-kata dan penyusunan kalimat yang hati-hati. Terlepas bahwa beliau pernah terpilih sebagai "tokoh berbahasa Indonesia terbaik", tapi kian hari gelar tersebut malah menyeret beliau menjadi pemimpin yang bahasanya tidak mengena di hati dan pikiran rakyatnya. Tidak heran, si Bupati peserta Lemhanas tertidur.

Mungkin kita perlu mencoba memutar album lagu-lagu SBY, siapa tahu kita benar-benar akan tertidur juga saat mendengarkan senandung 'merdu' (?) beliau... Seperti si Bupati peserta Lemhanas tersebut.

Zzzzzzzzzz.......


Saturday, April 05, 2008

Permata Depok Regency Bersih-Bersih? Belum!!

Ingat tentang Banjir di Permata Depok Regency beberapa waktu yang lalu? Juga dengan situasi pasca banjir di Permata Depok Regency (postingnya di sini dan sini)?? Permata Depok Regency merupakan perumahan yang dibangun oleh pengembang PT Citrakarsa Hansaprima. Hal penting yang diperhatikan ketika banjir dan pasca banjir terjadi adalah betapa ramainya saluran air oleh sampah dan lumpur. Kedua hal tersebut merupakan penyebab utama terjadinya banjir dalam bentuk meluapnya saluran air.

Untungnya, beberapa hari ini, pihak developor telah melakukan tindakan "bersih-bersih". Sampai di situ, kita boleh angkat topi alias salut atas tindakan yang sudah mulai dilakukan. Aku mengamati setidaknya kegiatan ini sudah dilakukan selama seminggu terakhir. Hasilnya? Bisa dilihat di foto-foto di bawah ini.

Meski demikian, sudahkah tugas dan kewajiban PT Citrakarsa Hansaprima selaku developer bisa dikatakan selesai dan sukses? BELUM!

Hingga tahap ini pihak developer bolehlah menepuk dada tanda bangga karena mereka telah memenuhi sebagian kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai pihak pengembang perumahan. Setelah digali dan diangkat, terbukti banyak sekali sampah plastik dan sebagainya yang diikuti oleh lumpur yang tebal. Lumpur yang berwarna kehitaman dengan aromanya yang sangat ‘menyiksa’, tidaklah selesai diangkat hanya dalam waktu satu minggu. Tidakkah pihak developer beserta warga melihat betapa persoalan ini lebih kronis dari sekedar saluran air yang tersumbat?


Dan, hasil ngobrol-ngobrol dengan pekerja yang bersusah payah membenamkan diri ke saluran air untuk mengangkat tumpukan sampah dan lumpur hitam tersebut terungkap hal baru yang berpotensi menjadi masalah baru. Masalah tersebut sangat mungkin baru akan ditindaklanjuti (belum tentu tuntas lho ya!) dalam waktu yang begitu amat sangat terlalu lama. Si pekerja mengungkapkan bahwa telah beberapa hari ini ia bekerja dan belum ada tindakan untuk mengangkat dan memindahkan tumpukan sampah dan lumpur yang berhasil dikeluarkan dari saluran air. Mohon dicatat, tidak ada tindakan untuk mengangkat dan membersihkan secara T O T A L sampah dan lumpur di saluran air tersebut. Bisa lihat sendiri di foto, betapa tinggi tumpukan sampah dan lumpur tersebut. Akan berapa lama kita akan menunggu hingga tumpukannya semakin menggunung?


Jika Anda tidak bisa membayangkan hal apa yang mungkin terjadi dengan tumpukan yang terus meningkat, coba renungkan daftar kemungkinan akibat berikut ini:

  1. Tumpukan sampah dan lumpur hitam pekat tersebut akan menimbulkan bau yang tidak sedap.
  2. Bau yang tidak sedap akan mendatangkan lalat dan serangga lain yang dapat membawa sumber penyakit.
  3. Bau yang tidak sedap juga tidak sehat untuk anak-anak serta kenyamanan.
  4. Jika tumpukan sampah dan lumpur tersebut mengering, kemudian mengeras, maka bau yang timbulkan akan permanen.
  5. Jika hujan datang sampah dan lumpur yang berada di pinggir saluran air, akan luruh dan jatuh lagi ke dalam saluran air. Mereka ikut bergabung dengan sampah dan lumpur yang tidak terangkat atau pendatang baru.

Baru lima hal tersebut yang terpikir olehku, dan Anda boleh menambahkannya. Yang menarik adalah apakah pihak developer memikirkan hal tersebut atau tidak ya? Ah, itu pertanyaan retorik. Jelas mereka tidak berpikir sejauh itu.Tidak sempat atau enggan berpikir, tipis sekali perbedaanya. Dan mereka cukup puas dengan pekerjaan yang selesainya setengah jalan. Tidak ada kata “tuntas” dalam kamus para developer.

Jadi, kesimpulannya cukup jelas. Permata Depok Regency belum benar-benar bersih. Permata Depok Regency belum benar-benar terlepas dari masalah banjir dan akibat turunannya. Siapa yang peduli?!










Friday, April 04, 2008

See you Blogger widget, welcome ScribeFire



Today, I am officially removing the Blogger widget for Mac (see my post here), and return back to ScribeFire.



I found widget for Mac inconvenience in the way that the posting window too small. Also, if I have to type a bit longer text, it did not provide scroll so I can not check again the upper part or lower part of my text. Well, I guess it was obvious if you work with widget, right?

While with ScribeFire, I decided to use Firefox specially since it is quite simple and very productive browser. I am still using Safari for other sites I am regularly visit, but particularly for blogging so far I feel that Firefox together with ScribeFire very suitable blogging dynamic duo for me.

So, thank you Blogger widget and welcome back ScribeFire.

Gembok Gombal Dinas Pariwisata DKI Jakarta

Dari Harian Kompas hari ini:

Aku merasa lagi-lagi ini kebijakan moralitas yang 'gombal' yang kali ini akan dilaksanakan oleh DKI Jakarta. Aku bilang gombal karena, ketentuan gembok tersebut hanya bersifat lucu-lucuan dan tidak efektif. Jika para pekerja pijat digembok selama kerja, tidak akan menutup kemungkinan praktek yang dilarang tersebut dilakukan selepas jam kerja. Selain itu, jelas sekali ketentuan tersebut hanya dikenakan terhadap para perempuan saja alias lebih diskriminatif terhadap mereka. Mengapa harus mereka yang dibuat tidak nyaman, padahal seks kan melibatkan dua pihak? Mengapa tidak juga dibuat gembok untuk celana dalam para pelanggan pijat??

Lagi pula, jika memang tujuannya agar panti pijat tidak menjadi sarang prostitusi, kenapa tidak dibuatkan sistem keamanan yang lebih "cover both side". Sekalian saja pasang kamera CCTV. Dengan kamera tersebut, kita bisa mengetahui dengan utuh persoalan prostitusi tersebut. Ketidaknyamanan jelas dialami oleh kedua pihak, dan ini jauh lebih adil dibandingkan hanya menggembok para perempuan pekerja pijat. Sekaligus lebih mudah untuk pengawasan.

Komentar untuk Harian Kompas, kata-kata "rok cewek pekerja panti pijat" terdengar ganjil dan tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Mengapa tidak menulis "rok perempuan pekerja panti pijat"? Bukankah itu kata yang lebih sesuai? Apakah nanti akan ada TKC (Tenaga Kerja Cewek) sebagai pengganti TKW (Tenaga Kerja Wanita). Polwan (Polisi Wanita) diganti Polce (Polisi Cewek). Lalu Perempuan Pekerja menjadi Cewek Pekerja. Pasti wartawan yang menulis laporan ini lumayan gaul deh...

Yuk!!!


Wednesday, April 02, 2008

Belajar Etika dan Integritas Skandinavia

Aku masih tetap kagum dengan pandangan dan pola hidup bangsa Skandinavia secara umum. Terlepas religiusitas yang mereka anut atau tingkat kesejahteraan yang sudah mereka capai hingga saat ini, ada beberapa etika dan integritas yang tetap ditunjukkan dan - bagiku - menjadi keistimewaan yang patut kita pelajari.

Salah satu pelajaran terakhir yang bisa kita ambil sebagai pelajaran adalah skandal yang dialami oleh Ilkka Kanerva, Menteri Luar Negeri Finlandia. Kanerva diketahui perbuatan yang tidak etis serta melanggar integritas sebagai pejabat negara dengan mengirimkan ratusan sms yang bersifat kurang senonoh kepada seorang penari erotis Johanna Tukiainen. Seperti dikutip dari Harian Kompas berikut ini:

Kanerva mengirim 200 SMS kepada Tukiainen, penari erotis berusia 29 tahun yang juga pemimpin rombongan erotis, Skandinavian Dolls. SMS genit Kanerva ini pertama kali dikirim setelah dia melihat penampila aduhai Tukiainen saat tampil dalam pesta ulang tahun Menlu ke-60 belum lama ini.

Dalam salah satu SMS-nya, Kanerva meminta Tukiainen, yang pernah berpose telanjang di majalah ini, bisa tampil erotis di sebuah tempat yang juga erotis.

"Apakah Anda bersedia tampil (erotis) di sebuah tempat yang juga erotis? Di mana tempatnya? Apakah memungkinkan menyentuhmu di sebuah klab malam?" demikian antara lain isi SMS Kanerva yang dikirim ke telepon seluler Tukiainen pada pukul 01.00. Ulah genit Kanerva menggunakan telepon seluler ini bukan yang pertama kali. Saat menjadi Wakil Ketua Parlemen pada tahun 2005, Kanerva juga pernah ketahuan mengirim sejumlah besar SMS kepada dua model.

Pelajaran penting yang bisa diambil dari kasus Kanerva adalah betapa sikap tegas harus diambil kepada pejabat negara yang bertindak di luar koridornya sebagai pejabat yang bertugas melayani masyarakat. Yang menarik adalah, meskipun korbannya dalam hal ini hanyalah seorang penari erotis tetapi dari sudut pandang politis dan status hukum Finlandia, Tukiainen tetaplah dipandang sebagai warga yang sederajat dan menjadi bagian penting sebagai warga negara. Jika di Indonesia, pastilah Kanerva yang dibela karena Tukiainen hanyalah seorang perempuan hina bagi kaum religius Indonesia.

Selain itu, sikap tegas tersebut juga ditunjukkan secara luas dengan memuat di surat kabar dan menjadi tuntutan masyarakat secara luas. Betapa konsisten sikap dan cara pandang baik media massa maupun masyarakat terhadap kasus tersebut, yang menunjukkan tuntutan yang tinggi atas etika dan integritas bangsa Finlandia yang harus ditunjukkan oleh pejabat mereka.

Hal yang hampir serupa juga sempat kuikuti berita dan perkembangannya ketika di Norwegia mengenai korupsi yang terjadi di suatu kommune. Hanya karena tidak cukup lama memuat pengumuman lelang proyek suatu kegiatan, maka masyarakat menuntut panitia dengan tuduhan korupsi. Meski tidak terbukti ada praktek suap, tetapi hal tersebut cukup lama dibahas hingga muncullah peraturan dan rambu-rambu baru tentang pencegahan korupsi. Padahal, tingkat korupsi di Norwegia seperti juga tetangga Skandinavia lainnya relatif rendah (jika belum bisa dibilang tidak ada sama sekali ya). Tetapi, hal tersebut secara gamblang menunjukkan bahwa bagi bangsa Skandinavia, betapa penting arti etika dan integritas tersebut.

Nah, kapan Indonesia bisa belajar dan menunjukkan bahwa kita juga bangsa yang benar-benar santun, jujur dan adil, tidak korupsi, dan memiliki etika? Ayo, segera kita praktekkan!