Tuesday, April 22, 2008

Nostalgia: Buku ospek mahasiswa


Minggu lalu, sepenggal nostalgia ini hampir terbuang tanpa sempat direkam ulang. Sebuah buku yang kugunakan ketika mengikuti Orientasi Perguruan Tinggi (OPT) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) tahun 1995. Buku warna abu-abu yang sudah lusuh karena di-'olah' sedemikian rupa selama 2 hari masa OPT plus 1 bulan Pasca OPT.

Buku ini bisa jadi semacam time capsule yang mengingatkan berbagai hal yang pada jamannya sungguh merupakan sesuatu yang tak patut untuk dilupakan dengan mudahnya. Sebuah kebanggaan sekaligus kekhawatiran akan sebuah perjalanan yang panjang, namun tak terasa telah lama berlalu. Kebanggaan karena diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di salah satu kampus terbaik di negeri ini. Kekhawatiran karena harus menunjukkan bukti atas kesempatan yang telah diberikan.

Di dalam buku ini aku temukan beberapa hal yang mengingatkan kedua perasaan tersebut. Pertama, ketika membuka halaman sampul buku tersebut aku sudah dihadapkan pada dua halaman yang bersisian yang memberikan gambaran apa yang seharusnya dan tidak seharusnya aku lakukan selama menjadi mahasiswa. Seperti terlihat di gambar berikut, di sebelah kanan terdapat tulisan "Mahasiswa Mengabdi Almamater" sedangkan di sebelah kiri terdapat simbol yang jika dibaca menjadi "Anti DO". Dulu, kedua halaman ini menjadi semacam pemecut sekaligus pengendali agar mampu menyelesaikan tugas sebagai pelajar di negeri ini. Puji Tuhan, aku berhasil menyelesaikan semua tugas-tugasku sebagai pelajar pada waktu itu.


Selain kedua halaman tersebut, ada satu bagian yang juga cukup signifikan memberiku inspirasi tentang bagaimana seharusnya kehidupan kampus kujalani. Di bagian "Sekapur Sirih", Freddy Hendradjaja Sukardji - Ketua Pelaksana Harian OPT FEUI 1995 memberikan pengantar yang berjudul "Jantuk, Cepot dan Mahasiswa".


Salah satu paragraf favoritku yang memberikan inspirasi atas pilihan kegiatan dan aktivitas yang aku lakukan di kampus adalah sebagai berikut:
Mahasiswa bukanlah individu yang hanya memiliki suatu kehidupan yang monoton; pergi ke kampus, kuliah, kemudian pulang tanpa mengetahui siapa teman sebelahnya saat kuliah, atau dosen yang mengajarnya atau pedagang nasi rames pada saat ia makan siang di kantin kampus. Mahasiswa memiliki kehidupan yang dinamis, yang berbeda pada saat ia bersekolah di SD hingga SMA. Kehidupan seorang mahasiswa adalah kehidupan yang menggairahkan; dituntut menyelesaikan tugas kuliahnya sementara ia dikejar deadline untuk penerbitan majalah kampusnya; berusaha tetap hadir di kelas sementara ia harus mengejar calon pembicara seminar mahasiswa; berkutat dengan buku menghadapi ujian sementara terngiang di kepalanya bahwa besok ia akan bermain bola membela fakultasnya.

Lagi-lagi, aku bersyukur bahwa aku sempat menjalani semua saran Bos Freddy tersebut. Aku cukup mengenal setiap orang mulai dari staf akademik hingga pedagang di kantin. Aku juga ikut dalam berbagai kegiatan mahasiswa dan pertandingan olahraga, meskipun tidak bermain bola di tengah lapangan untuk kompetisi karena aku yang menjadi manajer timnya. Aku bersyukur karena aku sempat mengenal warna lain dalam kehidupan kampusku. Terima kasih, Bos Freddy. ("Bos" adalah panggilan kami, mahasiswa baru untuk para senior kami selama periode OPT. Karena 'keterusan' hingga seterusnya, sulit bagi kami untuk tidak menggunakan panggilan tersebut).

Dan yang terakhir adalah lagu yang diajarkan oleh para senior kami. Judul lagu tersebut adalah "Lagu Sombong". Silahkan lihat dan baca lirik lagu tersebut (lihat di bawah), dan silahkan juga artikan serta mengungkapkan pendapat masing-masing. Dulu, lagu ini harus kami kuasai sebagai bentuk "kebanggaan" (Yah, dari judulnya mungkin nyaris bisa dibilang "kesombongan") terhadap fakultas dan almamater kami. Mohon maaf jika ada yang tersinggung yah...

No comments: