Sunday, September 19, 2004

Pecah Serpihan

Bagai gelas kaca di utara
yang telah lama dingin
membeku diterpa angin hujan salju
dari selatan sepanjang malam yang lalu
aku pecah berkeping-keping
tersebar menjadi tak berarti
dihujam terik mentari hari nan panas

Kata-kata cinta terselubung kabut ragu
yang beriring cepat mengikuti
deras aliran sungai
gigil hati yang membeku
dan menunggu dihempaskan lagi
setelah sekian kali dikasihani
beberapa musim panas lalu

Gelas kaca ini berusaha bertahan
deraan dingin ragu yang kian hebat
jauh lebih kuat
dari segala upaya yang boleh dikatakan
tujuan tersesat di ujung kutub
dan kompas tak mampu menunjukkan
arah mana yang harus diambil

Dan kini
gelas kaca ini pecah berkeping...
bila dingin beku
angin hujan salju
kembali menerpanya
dan terik mentari hari nan panas
kian menghujamnya
maka pecahannya akan menjadi serpihan
lebih tak berarti...
lebih tak berarti lagi...

Lalu untuk apa
dan kenapa
ia di sini...?


Drøbakveien, 18sep2004
"... hujan angin dingin -rasanya sudah seperti salju,
meski aku sama sekali belum melihatnya- sepanjang hari dan aku mencari puisi harapan
di sepanjang jalan basah sepi, tapi hanya pecahan serpihan kaca berserakan
yang kutemukan didepan pintu inferno-ku"

Friday, September 17, 2004

Aku Terbangun...

Aku terbangun...
aku merasa ingat sesuatu...
tapi aku tak tahu apa yang kuingat itu...

Aku terbangun...
aku merasa harus mengingat sesuatu...
tapi aku tak yakin apa yang harus kuingat itu...

Sesuatu yang begitu penting
tapi apa?
Yang aku rasakan hanya air mata
air mata yang tak ada artinya
dibandingkan sekian air mata
yang selalu tercurah karena Aku

Aku terbangun...
aku masih berusaha mengingat sesuatu...
sesuatu yang membuatku terbangun...
membuatku harus merasakan hanya air mata...
sesuatu yang pasti begitu penting
tapi apa?

............. suara gitar itu terlalu perih
terdengar, membuatku merasa tersesat lebih dalam
ke pertanyaan yang tak berjawab...
pikiran ini terlalu dalam tenggelam...

Dan aku masih terbangun tanpa tahu
apapun yang kutulis hanya sampah
air mataku hanya kelu, semu
apa ini semua?
kenapa aku di sini?
untuk apa aku di sini??

Bahkan aku tak mampu mengingat hari lagi...
Biarlah aku selesaikan air mata tak berarti ini...

Ås-Norges, 17sep2004
"... it was too early than I imagine"

Cerita Tentang Senja dan Awan

Ah, ingin rasanya berbagi cerita
tentang senja dan awan...

Hari ini senja cukup ceria
biasanya basah atau murung dalam hujan
dan angin dingin memperkuat kesedihan
Senja memang senang berganti wajah di sini
dan jika ingin mengenal senja maka
berkenalanlah dengan awan...

Kenapa awan?
Awan selalu setia mengamati dan menemani senja
sejak pertama hingga akhirnya gelap menggantikannya
Awan juga yang bisa menunjukkan bagaimana senja
ingin menunjukkan wajahnya hari demi hari

Bagaimana awan bisa?
Awan selalu ada di ufuk sana dan segenap sudut
memayungi wajah sang senja hingga disadari
setiap senja berganti wajah maka sang awan pun
akan mampu mengukir dirinya sebagai cerminan
apa yang diinginkan senja saat itu

Awan akan putih berarak serabut tersebar
indah, mengurai biru langit, perlahan beralih
kekuningan emas, berangsur kian memutih berlawanan
dengan gelap langit yang tak lagi dihiasi mentari
Saat itu, senja begitu bahagia...
Senja begitu cerah...

Awan akan menjadi keruh, seputih kapas berdebu
atau menghitam di sudut-sudut tertentu
menggelapkan langit yang belum waktunya pudar
kadang menjadi basah dan hujan serta tak jarang
perhatikanlah...
bila awan berlarian ke sana ke mari
bergerak beriringian saling berganti
ditiup angin yang kuat dan dingin menusuk
saat itu, senja sedang kecewa...
Senja begitu tak ceria...

Tapi, senja memang begitu...
awan tak pernah berhasil menghiburnya
senja senang berganti wajah karena kehendaknya
bukan karena hiburan siapa pun, bukan pula karena awan
apalagi karena aku...

Aku hanya berharap
senja mau bercerita tentang cerianya
juga tentang kecewanya
Aku bukan seorang manusia yang berhasil
membahagiakan dunia, tapi setidaknya aku ingin
tidak memperburuk kecewa yang selalu kubuat
sadar atau tidak sadar kubuat
Jika senja mau bercerita dan berkata
tentang perjalanannya dan perasaannya
aku tak perlu mengganggu sang awan
yang selalu setia menantimu
menghiburmu dan pastinya
sudah dipercaya untuk menemani senja
selamanya...

Ås-Norges, 17sep2004

Wednesday, September 15, 2004

the Night and the Sun

If in the night
you still see the sun shine brightly
then it is the sign from the Sky
that the weather will be lovely

And I am right here
with the night and the sun
of lovely weather
wishing my heart
will reach my love to you
in the south


Gudbrandsdalen, 10Sep2004

Kau Alamku

Matahari telah mengintip
dan kabut telah surut berangsur mengiringi
aliran sungai pagi nan dingin

Dingin masih memeluk kabut saat
angin membawanya ke hulu
deru sungai yang terus berlarian
mengingatkanku padamu

Pelukan hangatmu mengalahkan
musim dingin yang akan segera tiba
kecupan manismu melebihi
tipis kabut yang telah dilalui
sang angin

Hijau dedaunan dan bunga-bunga
yang mulai berganti warna
meninggalkan musim panas yang cerah
seolah kian memperindah rinduku

Kau ada di seantero alam ini
kau ada di jantung hatiku
kau ada di seluruh diriku

Bersatulah dalam keindahan
pesan-pesan alam
Dan cintaku selalu bersamamu
di manapun kita berada


Dovreskogen Gjestegård, 11Sep2004

Simple

simple song...
simple feeling...
what else you expect in simplicity??

I miss you like simplicity
this simple guy really miss you
like the earth who longing
for the bright shine of sun
after whole day rain

Smuksjøseter, 11Sep2004
"...in surrounding beautiful autumn, colour changing all over the mountain.
I wish you are here with me"

Friday, September 10, 2004

Lelah...

Kawan...

Aku lelah...
Aku lelah berduka
Aku lelah berduka atas apa yang menimpa
Mengapa bangsaku tak pernah belajar dengan sabar dan terbuka?
Aku lelah berduka akan apa yang menimpa
Mereka yang terhempas hanya berusaha bertahan hidup
Mengapa mereka yang sok tau tentang hidup
mengambil hidup atas alasan "kemuliaan"??

Aku lelah...
Aku lelah mengutuk
Aku lelah mengutuk para martir
yang mati dengan bangga, membela
kebenarannya...
kebenaran membunuh atas dasar "kemuliaan" (lagi)??
Aku lelah mengutuk para konspirator
yang menjadi otak dibelakang semua kebringasan
apa yang disebut peradaban manusia...
Benarkah manusia beradab?

Manusia tak lebih baik dari seekor binatang
Manusia Indonesia terutama...
Dan mungkin aku adalah salah satunya...

Jadi...
Aku lelah...
Aku lelah menjadi biadab


Aku berharap, jika aku lelah maka semua bisa berhenti.
Namun, bisakah kita yakin bahwa ini adalah yang terakhir??


[Ås-Norges, 9Sept2004]
"... demi seluruh duka cita yang terucap di seantero nusantara.
Sungguh aku telah lelah (baca: bosan) mengucapkannya"

Tuesday, September 07, 2004

Bawang Goreng

Rasa... Aku bicara soal rasa di lidah...
Tidak... Aku tidak ingin bicara tentang hati...
Aku sedang ingin bicara tentang lidah...

LUAR BIASA!!!
Belum pernah aku menemukan kenikmatan terbesar
seperti saat ini... Ternyata lidah
bisa merasa seperti hati
Merindu dan mencintai sebuah rasa
yang pernah dikecapnya
(Aku sedang tidak ingin berdebat, bahwa rasa tersebut
adalah kejutan-kejutan listrik di otak yang disebut
pikiran. Masa bodoh dengan realitas!)

ASTAGA!!!
Jangan banyak-banyak... Ini kenikmatan
bisa habis seketika
Padahal aku harus jauh mencarinya
di negeri yang maju tapi
Rasa adalah sesuatu yang mahal untuk lidah
atau aku saja yang belum menemukannya??

Masa bodoh dengan negeri ini...
Kutemukan yang bisa membayar sedikit
rasa di lidahku yang mulai hampa
Terima kasih...

Terima kasih atas bawang gorengnya...
Meski tak sebaik di negeri leluhurku
Tapi setidaknya ini sudah bisa mendekati
Apa yang bisa dirasakan oleh lidahku...

Ehm... bawang goreng...

[06 sept 04]
"... thanks Arild for the Bawang Goreng and the rice"

Sunday, September 05, 2004

Memanggil dan Menunggu

Aku memanggil sebuah rasa
Bahkan seluruh puisi kini pergi
Angin terlalu dingin mengurungku
Dan kerinduan dihempas oleh hujatan
Kata caci tak henti meski hari telah berganti
Aku harus melakukan apa lagi?

Aku menunggu sebuah lirik
Bahkan seluruh lagu kini tak ragu berlalu
Jari jemari diterjang malam sepi
Dan cinta malah mencampakkan jiwa
Keraguannya kian jadi dalam setiap arti
Bagaimana aku harus menjadi?

Aku masih memanggil...
Aku menunggu...
Tapi buat terhukum ini
Memanggil dan menunggu adalah niscaya
Meski telah kukuliti semua kehinaan
Tetap saja sekali durjana
Kata-kataku telah tak bermakna
Seolah di tengah api neraka
Para iblis pun tiada menyapa

Pentagon-"Inferno", 5 Sep 04

Wednesday, September 01, 2004

aku Lari

Aku ingin keluar... Lari yang jauh...
Aku ingin berteriak lantang... Aku benci Aku!!!!!
Namun ternyata masih Aku yang ingin keluar...
Masih Aku yang ingin lari yang jauh...
Masih Aku yang ingin berteriak lantang...
Aku??
Kau yang mengatakan... di mana aku?
Aku yang menutupi aku...
Padahal aku hanya ingin melalui hari
Dengan terus mencari apa yang bisa disyukuri
Tersenyum dan membayangkan apalagi
Yang bisa disyukuri esok hari... tapi...
Di mana Aku?
Aku di sini...
Aku ingin keluar... Lari yang jauh...
Aku ingin berteriak lantang... Aku benci Aku!!!
.... aku benci Aku!!!

[Ås-Norges, 01092k*4]
"... selamat datang september"

Kehilangan Puisi

Kehilangan sebuah puisi... kehilangan sebuah puisi tentang sepi. Deretan lagu terus diperdengarkan, namun hanya dengung angin dingin yang keras menghembus terdengar di seantero hijau padang hingga tulang belulang sukmaku... Jari jemari kaki semangatku seperti mati tak bernurani sama sekali, dan aku tak kuat melangkah. Tapi ia nun jauh di sana berteriak tak sabar memanggil. Di mana harus kulangkahkan tekad mencari puisi yang hilang tentang sepi??

Kuningan gandum itu pucat, tak lagi kulihat cerah. Hujan sepanjang hari, datang dan pergi, hanya memberi nafas sesaat... Tapi di mana sang puisi?? Aku mungkin telah melenyapkan seluruh aksara dan makna-nya tanpa aba. Aku terlena dalam larutan alam yang ada di hadapan. Tapi aku tidak lupa pada hatiku, sama sekali tidak. Bila memang gelap menganggapnya demikian, apa boleh dikata. Maka laknatlah aku!

Aku tertidur karena lelah dan belum mampu sehebat sang bulan yang sanggup tersenyum sepanjang malam bagi bumi. Kini, di tengah malam tanpa bulan ini, aku mencari sebuah puisi tentang sepi? Padahal, pagi ini aku sudah gagal menyelesaikan pertarungan dan menjadi pecundang. Kalian pasti bisa menjadi yang utama hanya dalam semalam, sedang aku harus terus mengulangi malam-malam menjadi gagal. Demi itulah, sekarang aku sangat butuh puisi yang hilang tentang sepi...

Hanya sepi yang bisa menjawab kegagalanku. Hanya sepi yang mengerti bahwa aku tak pernah ingin menyerah. Hanya sepi yang boleh kuminta menunggu apa yang masih bisa kupikirkan untuk mencoba lagi. Hanya sepi yang akhirnya pun menerimaku. Dan ketika aku menunggunya, puisi yang kubuat telah menjadi kehilanganku... Aku kehilangan puisi tentang sepi.

[Ås-Norges, 31082k*4]
" ... walking alone in almost the middle of the night across the oat field, looking for my poet"


Hanya Dingin

Ah, kata mereka ini hanya dingin biasa. Hujan sejak semalam dan angin yang keras menerpa dalam cuaca basah, itu biasa. Hanya dingin yang dibawakan hujan dan angin keras itu. Tapi mengapa aku menggigil di dalam kamarku yang hangat?

Kata mereka, dingin ini cuma sesaat. Nanti ada yang lebih dingin lagi. Lebih dingin lagi? Iya, lebih dingin. Hingga membekukan hampir semua hal, termasuk manusia. Tapi mengapa air mataku beku di dalam hati yang sedang lara ini?

Ah, semua ini biasa. Dingin, hidup di negeri orang, hidup di suasana yang baru, kegembiraan yang sesaat, dan segalanya itu biasa. Banyak orang yang telah mengalaminya, jadi… Tapi mengapa aku merasakan semua “biasa” itu jadi dingin? Katamu, tak semestinya aku menggigil di dalam kamar yang hangat. Tak semestinya aku mengeluh karena air mataku ini beku. Tak semestinya aku menangguk hati yang lara.

Wahai, kamu yang ternyata paling tahu… Katakanlah terus tentang yang semestinya aku lakukan. Akan kuamini dan kujalankan kemestian itu.

*Aku bertanya pada Tuhan, mengapa aku diciptakan jika aku harus menjadi sempurna dalam satu malam?? Atau, ternyata aku ada karena aku harus menanggung cacad ini sendiri??*
[Ås-Norges, 31082k*4 just in Inferno]