1. Terlalu banyak banyak partai
Terlalu banyak jelas tidak menyenangkan. Membingungkan dan membuat peluang berbuat kesalahan menjadi lebih tinggi. Selain itu, banyaknya partai saat ini tidak mencerminkan perbedaan yang signifikan, melainkan hanyalah variasi kemasan yang ujung-ujungnya tidak memberi pengetahuan atau pilihan yang signifikan. Tidak ada satu pun partai yang secara unik mengusung program mereka sendiri, semua partai pasti memiliki irisan ideologi atau pun program dengan partai lainnya. Tidak heran, banyak partai yang sebenarnya adalah sempalan dari partai-partai yang sudah ada sebelumnya.
2. Terlalu banyak calon legislatif
Calon legislatif sendiri merupakan sosok yang "misterius". Siapa yang benar-benar mengenal calon legislatif yang akan dipilih kecuali dia tetangga kita sendiri atau teman karib? Meskipun kita benar-benar mengenal si calon legislatif, namun satu suara kita belum secara pasti dapat menjamin bahwa si calon legislatif bakalan dapat tempat di anggota dewan semata-mata karena perlu dukungan suara yang tidak sedikit. Jika pesaing (baca: calon legislatif lain) juga banyak dan dikenal, berarti kita sebenarnya tidak memilih calon legislatif karena kemampuan mereka melainkan lebih karena kita kenal mereka atau tidak. Hal ini menurutku menjadi kontraproduktif, karena kenal calon legislatif tidak bisa menjamin bahwa dia memang benar-benar mampu menjadi anggota dewan. Sama saja seperti ikut undian...
3. Stigma buruk anggota legislatif
Aku pribadi mungkin cuma sedikit dari sekian banyak orang yang mengetahui dan mengikuti catatan buruk yang ditunjukkan oleh anggota legislatif, kemudian memberi label bahwa semua anggota legislatif adalah buruk. Aku pribadi benar-benar sudah 'mati rasa' dan sulit untuk diyakinkan bahwa anggota legislatif itu diperlukan saat ini. Untuk apa memiliki anggota legislatif yang arogan dan kerja tidak beres (banyak rancangan undan-undang yang tidak selesai dibahas), tapi menerima gaji yang sangat besar, mendapat fasilitas kelas satu di negeri ini, bisa tidur di tengah rapat atau madol dari jadwal sidang, sibuk lobi-lobi politik bukan mendengarkan aspirasi rakyat, dan... korup pula! Apakah tidak ada anggota legislatif yang baik? Oh, ada tapi mereka sudah tenggelam di tengah perilaku umum anggota yang lain ATAU mungkin mereka sudah ikut serta - suka atau tidak - karena harus bertahan hidup.
Jadi, untuk pemilihan anggota legislatif aku sudah berpikir pragmatis dan sulit menerima argumen apa pun. Ketiga hal di atas terlalu kuat dan semakin terbukti bahkan hingga menjelang pemilu beberapa hari ke depan. Silahkan jika karena pemikiran dan pendapat ini aku akan dianggap berdosa atau tidak peduli dengan nasib bangsa. Jika aku berdosa, maka sudah jelas aku sendiri akan dihukum. Dan jika aku dianggap tidak peduli dengan nasib bangsa, aku merasa sangat peduli makanya aku tidak ingin memperparah 'ritual' politik yang tidak memberi nilai tambah apa pun kepada negeri ini. Lebih baik aku menunggu pemilu presiden, mudah-mudahan akan ada calon benevolent dictator bagi Republik. Jika ada calon demikian, aku akan menggunakan hak pilihku...
No comments:
Post a Comment