Opini yang bagus oleh Hery Tjahjono di
Kompas hari ini, berjudul
"Jangan Lagi Mengemis Kata "Maaf"!". Memang seharusnya Indonesia - terutama para pemimpinnya - bisa bersikap tegas dan jelas dalam hal mau dibawa ke mana kewibawaan negara dan bangsa ini. Jika Malaysia boleh dan bisa menginjak-injak warga Indonesia yang berkontribusi baik langsung maupun tidak, legal atau pun belum legal (baca: ilegal), terhadap perekonomian Malaysia, maka Indonesia sudah seharusnya memperhatikan nasib warganya yang diinjak-injak di negara tetangga dengan cara menyelamatkan mereka dan "mengutuk keras" perlakuan semena-mena si tetangga tersebut. Tanpa perlu "mengutuk" dengan cara memutus hubungan diplomatik atau bersikap sama barbar dan diskriminatif-nya seperti tetangga tersebut, Indonesia cukup berpikir keras bagaimana caranya memberikan ruang hidup yang lebih baik bagi mereka yang teraniaya di negara yang "katanya" saudara "serumpun" itu. Seperti dikatakan oleh Tjahjono,
Maka para saudaraku, jangan lagi menuntut (baca: mengemis) kata "maaf" dari Malaysia. Itu justru refleksi dari tergerusnya martabat kita sampai ke titik nadir. Kita tak perlu maaf, kita perlu rasa hormat mereka. Dan itu tugas para pemimpin untuk bekerja lebih "sehat"!
Cara "mengutuk" yang konstruktif adalah panggil pulang tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Siapkan mereka dengan segala legalitas dan ketrampilan yang jauh lebih bermartabat. Jika memang para pemimpin bisa mendidik dan menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkualitas, maka janganlah lagi berpikir untuk bekerja ke Malaysia yang tak sedikit pun memiliki hormat atas tetangga mereka. Masih banyak negara lain yang jauh lebih maju, lebih besar, yang sangat menghargai kerja dan kemanusiaan tanpa memandang "rumpun" bangsa mana.
Go to hell with "serumpun"-lah!
No need to be sorry! We are a great nation, so think and act like one!
No comments:
Post a Comment