Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Sunday, December 28, 2008
Banjir (lagi) di Permata Depok Regency??
Yang menggelikan tapi tetap ironis dari kejadian ini adalah banjir di lokasi ini terus terjadi secara rutin dari tahun ke tahun. Laksana hari raya besar yang patut ditunggu. Selain itu, banjir kali ini terjadi tanpa hujan sama sekali alias di tengah hari panas. Tanpa tindakan yang konkrit, developer tidak pernah berhasil (jika memang berupaya lho) untuk menekan insiden ini. Padahal, insiden ini pernah dituntut oleh warga untuk diselesaikan dan dicegah tapi apa daya kedunguan dan ketidakpedulian masih melekat di dalam pemikiran para pelaksana pembangunan seperti manusia mayoritas di negeri ini. Jika musim hujan saja belum tiba sudah begini kejadiannya, bagaimana jika musim hujan sudah datang yah?
Padahal keledai saja tahu untuk tidak jatuh ke lubang yang sama dua kali, apakah sebutan yang pas untuk "mereka" yang terus menerus jatuh ke lubang yang sama?
Permata Depok Regency (PDR) merupakan perumahan yang - konon - dibangun dengan menganut sistem cluster oleh developer dengan label PT Citrakarsa Hansaprima. Daftar dosa developer ini bisa ditengok di sini, sini, sini dan sini. Mungkin tampak belum terlalu panjang daftarnya, namun jika melihat trend selama ini maka daftar tersebut besar kemungkinan masih akan terus bertambah seiring masih konsistennya mereka dengan pola kerja dan manajemen yang telah dilakukan selama ini. Apalagi jika ditambah komplain-komplain lainnya (yang dianggap remeh oleh kebanyakan kita) yang belum terdokumentasi di sini. Sangat memprihatinkan dan memalukan...
Monday, December 22, 2008
No title
Cintalah yang menjaga mereka berdua saling mengisi dan saling menjaga. Tidak hanya karena keduanya sama-sama diciptakan oleh Hyang Kuasa, namun karena berdua mereka memiliki perbedaan yang mulia bekerja satu terhadap yang lainnya.
Seperti halnya juga samudera yang maha dalam, pernakah ia meminta sungai dari puncak hingga kaki gunung mengirimkan airnya untuk dimuarakan ke laut? Juga ada doa yang abadi yang membuat hutan-hutan dan segala sumber mata air di sepanjang tubuh sang gunung untuk mengalirkan murni air yang mereka tampung ke bibir laut bagi sang samudera. Doa abadi tersebut memuat janji-janji cinta yang tak pernah teringkari. Tanpa gegunung nan tegar, samudera akan ditelan daratan tanpa perlawanan. Dan tanpa samudera, gunung-gunung akan luruh ketika sungai mengalir kering.
Cintalah yang mengolah kasih mereka berdua untuk saling melengkapi dan saling melindungi. Tidak hanya karena keduanya sama-sama diciptakan oleh Hyang Mulia, namun karena berdua mereka memiliki perbedaan yang kokoh mengikat satu terhadap yang lainnya.
Cinta adalah satu-satunya hal yang Tuhan ciptakan bukan karena “untuk”, namun karena “agar”. Sedangkan segala yang lainnya pasti masih memuat hutang budi dan balas jasa yang membuatnya tetap mengandung kondisi. Sedangkan cinta tak akan pernah demikian.
Monday, December 15, 2008
Ibu Indonesia Tahun 2008...
Selain gaya penulisan GM yang selalu 'luar biasa', kali ini aku lebih tersentuh lagi setelah membaca dan mencoba meresapi bagaimana perasaan dan pemikiran yang ada dibalik kisah yang disampaikan dalam Catatan tersebut.
Kisah tersebut seperti mesahihkan pendapatku tentang keberagamaan di Indonesia. Kaum yang nista dan dihinakan oleh kaum agamawan semakin terpinggir, padahal mereka mungkin adalah satu-satunya kaum yang masih jujur menjalani dan menjadi saksi hidup. Ketika semakin banyak orang-orang yang mengaku suci dan atau membela kepentingan umat [bukan 'umat manusia'], aku semakin jauh lebih salut dengan orang-orang yang tampak bekerja hina dan nista tapi mereka tidaklah pernah munafik dengan hidup yang mereka jalani. Oleh karena itu aku sangat setuju dengan GM bahwa Nur Hidayah adalah Ibu Indonesia Tahun 2008.
Untuk mengenal siapa Nur Hidayah, silahkan Anda membaca Catatan tersebut dan silahkan tinggalkan komentar dan pendapat Anda juga sudah menonton film dokumenternya.
Thursday, December 11, 2008
artikel yang menarik tapi...
Sebenarnya artikel yang menarik, tapi aku tidak berani memuat kutipan dan apalagi judulnya. Takut di-"serbu" oleh kaum moralis dan agamis. Mudah-mudahan ketakutanku ini berlebihan dan silahkan baca dulu baru berikan komentar atau hiburan untukku yang 'takut' ini. Terima kasih.
*senyum kecut
these are the basic questions...
Indonesia is not only characterized by a diversity of cultures, every culture is characterized by diversity. There is simply no one, pure form of practicing a religion. Even if a pure religion did exist, we could have no way of knowing it. Even when an Indonesian morality does exist we have to ask the question: Who has the right to declare what is morally right and wrong? President Susilo Bambang Yudhoyono? The police? Judges? Religious organizations? My students themselves? Or their parents and teachers?
Thanks Berly for forwarding this interesting article.
Wednesday, December 10, 2008
judulnya OK's banget!
"Baliho Anti-Orang Kidal"Bagiku judul tersebut OK's banget dan sangat mewakili "kesan" yang sesungguhnya. Latar belakang rubrik tersebut, pernah aku posting di sini, dan sini. Aku cukup lega hati karena ternyata aku tidak sendirian yang resah dan sebal dengan baliho di Depok tersebut.
Tuesday, December 09, 2008
tentang Maryamah Karpov
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya buku terakhir dari Tetralogi Laskar Pelangi yang berjudul “Maryamah Karpov: Mimpi-Mimpi Lintang” karya Andrea Hirata akhirnya terbit. Berikut ini adalah ulasan sederhana atas Maryamah Karpov. Patut dicatat bahwa tiga buku terdahulu dari Tetralogi Laskar Pelangi memberikan kesan tersendiri yang cukup kuat bagi para pembacanya, termasuk aku. Oleh karena itu, kesan pertamaku terhadap Maryamah Karpov pasti akan sangat bias oleh keberhasilan tiga buku sebelumnya.
Meskipun sempat terkejut dengan ketebalan bukunya, aku memilih untuk tidak pikir panjang dan mulai membaca Mozaik pertama yang berjudul Dibungkus Tilam, di Atas Nampan Pualam dengan harapan bahwa kualitas buku tersebut akan membuktikan dirinya sendiri terlepas dari tebalnya isi buku seperti halnya episode pertama Laskar Pelangi yang juga cukup tebal. Melewati mozaik-mozaik berikutnya aku cukup terpuaskan dan mulai kagum dengan masih konsistennya gaya penulisan Andrea Hirata dalam buku tersebut: mengandalkan latar belakang budaya dan bahasa Melayu Belitong dan sekitarnya serta humor yang sangat berkesan baik dari penggunaan kata dan kalimat atau penokohannya. Meskipun latah kosakata teknis akademis dengan bahasa-bahasa latin masih bertebaran di sana sini. Maryamah Karpov memuat lebih banyak lagi detil tokoh-tokoh yang menarik dan lucu. Sampai di tahap ini, Maryamah Karpov belum mengecewakanku.
Beberapa bagian yang menarik menurutku antara lain kisah tentang Arai yang akhirnya diterima oleh Zakiah serta berhasil mempersuntingnya menjadi istri. Adegan yang menggambarkan bagaimana Arai akan bertemu pertama kali dengan Zakiah setelah sekian tahun tidak bertemu sangat menghibur. Adegan yang paling mengharukan bagiku adalah saat prosesi pernikahan Arai dan Zakiah yang diakhiri dengan Arai yang mengaji dengan sepenuh hatinya (Ingat ketika Arai pertama kali menjadi anggota keluarga Ikal!). Selain kisah Arai, kisah lain yang sangat mengharukan adalah kisah Ayah-nya Ikal yang hampir naik pangkat tapi batal karena surat yang salah kirim. Juga kisah kedatangan dokter gigi Budi Ardiaz Tanuwijaya yang lama tidak mendapatkan pasien serta upaya Ketua Karmun yang menghebohkan untuk bisa membawa pasien pertama untuk sang dokter. Belum lagi kisah tentang asal muasal pemberian nama panggilan warga yang sangat kocak.
Hingga separuh tebal buku yang kubaca, aku mulai merasakan kekurangan yang terakumulasi perlahan namun pasti, dan terbukti hingga akhir buku kemudian. Sejujurnya, aku berharap terlalu banyak dengan karakter Maryamah Karpov karena terkait dengan judul, dan terutama A Ling yang sangat terkait dengan kisah pada tiga buku sebelumnya. Karakter Maryamah Karpov tidak mendapat porsi yang “cukup”, sehingga tak banyak bisa kuutarakan di sini. Tapi, yang paling kurang berkesan adalah kisah tentang A Ling yang baru mulai dibahas menjelang akhir. Hampir separuh buku berkisah terlalu berat di bagian upaya Ikal membuat perahu selama 7 bulan dengan tangannya sendiri. Walaupun bagian tersebut berhasil dikurangi fokusnya dengan kisah pelayaran yang penuh marabahaya dan cuilan riset sejarah tentang perompak dalam Mozaik ke 61 Pirates of the Caribbean yang menarik. Sebenarnya, detil-detil kisah yang ditawarkan sangat menarik tapi aku merasa banyak sekali yang tidak terkait langsung dengan A Ling. Ini agak menyebalkan untukku.
Kesimpulan: harus tetap kuakui bahwa Maryamah Karpov masih bisa dikatakan berhasil menawarkan kisah yang menarik. Detil-detil kisah dan penggunaan bahasanya sangat baik dan menghibur. Satu hal yang tetap sama ketika membaca buku ini dari halaman pertama hingga akhir, unsur kelucuan tak pernah berhenti dan sangat menggelitik. Kelucuan favoritku adalah ketika Mahar menunjukkan televisi portable bekas merk Sanyo yang dijadikan mustika keramat dalam lomba benda-benda mistik dengan Tuk Bayan Tula. Terlepas dari keistimewaan tersebut, aku merasa Maryamah Karpov tidak berhasil menjaga momentum puncak yang sudah dihantarkan oleh ketiga buku sebelumnya. Kisah Ikal dan A Ling terasa mudah sekali selesai dan menjadi penutup kisah panjang empat buku tersebut. Agak melankoli tapi kering detil. Padahal, kisah ini merupakan kisah yang ditunggu-tunggu dan ending-nya sangat patut disayangkan jika hanya demikian.
Singkat kata, aku sempat berharap bahwa Maryamah Karpov akan menutup Tetralogi Laskar Pelangi dengan ‘wah!’ seperti membaca Tetralogi Pramoedya Ananta Toer atau kisah Harry Potter. Namun, sayangnya harapanku belum terpenuhi. Walaupun demikian, untuk Anda yang sudah membaca tiga buku sebelumnya, Maryamah Karpov tetap wajib Anda baca untuk mengetahui bagaimana nasib kisah cinta Ikal dan A Ling atau menikmati kisah-kisah jenaka tokoh-tokoh yang diperkenalkan oleh Andrea Hirata.
Ulasan Maryamah Karpov yang lebih baik dan lengkap bisa dibaca di sini.
Undang-Undang No.44 Tahun 2008 tentang Anti-Pornografi
"The President signed it because it was already a national consensus,"Betul sekali, undang-undang tersebut memang merupakan hasil "konsensus nasional" (karena pihak yang menolak atau menentang tidak pernah dianggap ada). Pernyataan "konsensus" tersebut sesungguhnya dapat berarti dua hal:
Pertama, Presiden hanya tahu bahwa undang-undang tersebut diterima oleh semua lapisan masyarakat. Jika yang pertama ini benar, berarti Presiden SBY tidak pernah mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat yang ia pimpin. Sungguh kasihan sekali Presiden yang tidak tahu apa-apa seperti beliau.
Kedua, Presiden tidak pernah membaca undang-undang tersebut karena memang tugas presiden hanyalah membubuhi tandatangan saja. Jika yang kedua ini yang benar, aku cukup maklum. Sebagai presiden yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia, SBY sebenarnya tidak mampu melawan DPR/MPR yang penuh dengan bandit-bandit politik, selain juga kelemahan mental yang dimiliki beliau karena ragu-ragu dan tidak tegas sebagai pemimpin. Apalagi menjelang pemilu 2009, setiap "bandit" politik (pastilah termasuk SBY) sedang mengambil ancang-ancang untuk mengambil simpati calon pemilih.
Jika yang pertama dan kedua benar sekaligus, maka semakin kuat alasanku untuk tidak ingin memilih SBY dan partainya di pemilu nanti. Juga partai-partai dan calon-calon presiden lainnya. Semua sama saja... apalagi yang bawa-bawa nama dan simbol tuhan...
Jadi, aku bisa melanjutkan dukungan untuk Civil Disobedience.
Sunday, December 07, 2008
seakan resonansi...
In Depok, some old ads, perhaps remaining from Ramadan, can still be found, calling for Muslims to recite more Koranic verses, to read basmallah (reading-initiation by mentioning God) before doing all activities and to use the right hand -- instead of the left -- in every supposed virtuous deed. Interestingly, a few of these ads include pictures of Depok's mayor -- one has him smiling and surrounded by people wearing songkok -- an Indonesian hat which usually symbolizes piety -- and women wearing scarves (jilbab).
In view of this, most of Indonesia's Muslims still emphasize that individual piety is to be shown in public. This, however, offers a paradox -- if not an absurdity -- with regard to the real life. Just go to Depok. You don't have to be a civil engineer or an urban planner to feel the poor quality of Depok's roads and streets. Most of them are becoming bumpier and more and more holes are filling with muddy water. Riding in a car is like dancing, because of the instability of our body. Enjoy it.
Why do these ads not talk about those damaged public facilities -- but instead call on Depok's citizens to read more Scripture, to recite magic formulas and to spread prejudice against left-handed people?
Meminjam istilah yang pernah diutarakan oleh seorang kawan, kutipan tersebut (dan keseluruhan artikel) di atas, seakan memuat resonansi kecil dari apa yang pernah kuposting sebelumnya.
Selamat Hari Raya Idul Adha, semoga segala pengorbanan yang tulus dan tanpa pamrih (meski demi surga sekalipun) datang dari segala penjuru demi kedamaian dan kesejahteraan sekalian umat manusia.
Friday, December 05, 2008
jual laptop bekas!
1. Toshiba Tecra A3-S611
Intel Centrino Dothan (kalo gak salah!); tipis dan relatif ringan untuk laptop dengan layar 15inch; Windows XP Professional; Harddisk 40GB (sudah dipartisi); CD-RW/DVD-ROM; Infrared; Wi-Fi; belum ada Bluetooth.
Dibeli tahun 2005 pertengahan. Kondisi mulus. Dus (box) dan semua kelengkapan: manual book, etc. masih lengkap dan dalam kondisi sangat baik. Memori aslinya 256MB tapi sudah diupgrade jadi 512MB sewaktu membeli sebagai bonus. Kelemahan saat ini adalah baterai sudah drop, tidak optimal lagi - paling satu jam. Alasan dijual karena sudah punya pengganti. Harga penawaran Rp. 4 juta, kalau berminat bisa tawar.
Foto-foto terlampir:
2. Lenovo 3000-V200
Core 2 Duo T7200 Processor 2.0GHz; 1GB RAM; Harddisk 120GB; ringan dan kecil dengan layar 12 inch; Windows Vista Home; tidak ada Infrared; Bluetooth; Wi-Fi.
Dibeli tahun 2007 akhir, jadi baru saja genap satu tahun. Kondisi sangat mulus. Dus (box) dan semua kelengkapan: manual book, etc. masih lengkap dan dalam kondisi sangat baik. Belum ada kelemahan, baterai masih bagus kinerjanya dan tidak bermasalah. Alasan dijual karena perlu yang lebih kecil, jadi ganti baru. Harga penawaran Rp. 6 juta, kalau berminat bisa tawar.
Foto-foto terbarunya nanti diupdate deh.
Jika berminat, bisa menghubungiku - lihat detil kontak di CV, atau tinggalkan email/kontak Anda di kolom komentar. Terima kasih.
[update]: Foto untuk yang Lenovo
[UPDATE Dec.15 2008]: SOLD! Kedua laptop sudah terjual setelah dijemput langsung oleh pembeli dengan penawaran tertinggi. Terima kasih atas partisipasi Anda sekalian yang sudah mengontak via berbagai media: email, telpon, sms, dsb. Sampai jumpa di penawaran lainnya.
Tuesday, December 02, 2008
sejak kapan jati diri bangsa hilang?
Sejak kapan jati diri sebagai Bangsa Indonesia kita hilang? Atau pertanyaan yang lebih tepat adalah, sejak kapan Bangsa Indonesia diajarkan makan dan minum memakai tangan kiri?
Jati diri Bangsa Indonesia itu benar-benar hilang ketika di Depok semakin banyak jalan yang rusak tapi tidak pernah diperbaiki; ketika di Depok kemacetan semakin merajalela karena angkutan umum tidak ditertibkan; ketika di Depok pengelolaan sampahnya kacau dan mengorbankan kesehatan warga sekitarnya; ketika di Depok mulai sering terjadi banjir; dan...
Ketika Walikota Depok terlalu sibuk dengan jadwal photo session dan menjadi model berbagai spanduk, baliho, atau berbagai media promosi lainnya.
Sudahlah, Pak! Kami makan dengan tangan atau kaki, biarlah itu urusan dosa dan kebiasaan kami. Jati diri kami belum pernah tergadai ketika tangan kiri kami gunakan untuk mengambil sepotong tempe. Ibu kami, sejak kami kecil, sudah mengajarkan kami mana tangan yang "manis" dan mencuci tangan sebelum makan atau setelah buang hajat. Oleh karenaitu, mohon dengan segala hormat dan kerendahan hati, Bapak uruslah tugas dan kewajiban Bapak sebagai kepala daerah.
Monday, December 01, 2008
Tolak UPS di Permata Depok Regency!
Sosialisasi
Seperti sempat disinggung pada posting sebelumnya tentang rencana kegiatan Sosialisasi Unit Pengolahan Sampah (UPS) oleh Kelurahan Ratu Jaya, maka secara mendadak rencana Sosialisasi UPS yang sedianya dijadwalkan tanggal 16 November, dimajukan menjadi tanggal 15 November 2008. Entah apa maksud perubahan tanggal yang tiba-tiba tersebut.
Jadwal sosialisasi yang disebutkan dalam undangan pukul 9 pagi, ternyata molor hingga hampir 10.30 karena keterlambatan para punggawa pemkot Depok. Insiden ini seakan menandakan bahwa pihak Pemkot (yang diwakili oleh staf dari Kantor Dinas Lingkungan Hidup/KDLH) tidak serius dalam melakukan sosialisasi UPS di lingkungan Permata Depok Regency (PDR). Sosialisasi berlangsung panas dan penuh dengan sorakan dan kecaman dari warga PDR yang intinya MENOLAK pembangunan UPS. Kecaman yang jelas ditujukan ke pihak developer PT CITRAKARSA HANSAPRIMA dan pihak Pemkot Depok.
Pihak developer bersalah karena tidak menginformasikan tentang rencana lokasi UPS tersebut kepada warga PDR, bahkan terkesan menutup-nutupi informasi tersebut. Hal tersebut tercermin dari tidak transparan dan tegasnya jawaban dari pihak developer. Kesalahan ini semakin terus menambah daftar dosa yang telah dilakukan dan masih mungkin terus dilakukan oleh developer. [Lihat juga daftar dosa mereka di sini, sini, dan sini].
Sedangkan pihak Pemkot Depok bersalah karena tidak melakukan sosialisasi sebelum melakukan kegiatan pembangunan UPS. Selain itu, kesalahan Pemkot Depok yang paling fatal adalah sama sekali tidak memperhatikan dampak lingkungan yang pasti timbul jika membangun UPS di tengah pemukiman seperti PDR. Bagaimana mungkin mereka membangun UPS yang langsung bersebelahan dengan rumah warga? Ini bukti paling konkret bagaimana pemkot Depok tidak peduli dengan nasib warganya.
Setelah kecaman dan tudingan tiada henti dari warga dan ketetapan sikap warga yang menolak UPS, sosialisasi diakhiri tanpa titik temu. Hal ini sebenarnya sudah dapat diduga mengingat pihak pemkot Depok sama sekali tidak mengantisipasi sikap warga karena mereka memang tidak peduli. Gambaran kegiatan sosialisasi UPS di PDR bisa dilihat di album foto kegiatan sosialisasi tersebut.
Survey dan Pertemuan Lanjutan
Sebenarnya, warga PDR percaya bahwa UPS merupakan konsep yang baik bagi manajemen pengelolaan sampah. Artinya, masih terbesit kesediaan dari warga PDR jika ada UPS di lingkungan mereka. Hal tersebut terbukti dari tercetusnya ide untuk mempelajari bagaimana sistem UPS tersebut berjalan. Sebenarnya sangat disayangkan apabila warga PDR sendiri yang mengambil inisiatif mempelajari UPS, karena seharusnya pihak Pemkot Depoklah yang mengambil tugas ini. Namun apa daya, seperti layaknya pemerintahan di Indonesia, Pemkot Depok selalu lalai menjalankan perannya sebagai aparat negara.
Dengan didasari pemikiran tersebut, warga PDR telah melakukan survey dan studi banding ke beberapa UPS yang telah berdiri di Depok. Ada 2 UPS dan 1 TPS (Tempat Penampungan Sampah) yang disurvey oleh tim dari warga PDR. Hasil survey tersebut menemukan dan semakin mempertegas bahwa rencana dan lokasi pembangunan UPS saat ini tidak sesuai dan memiliki dampak lingkungan yang serius bagi warga PDR dan sekitarnya. Terlebih jika benar UPS tersebut akan menampung sampah untuk 1 kelurahan Ratu Jaya. Dengan luas UPS yang hanya 500 meter per segi, apakah hal tersebut memadai? Tentu tidak! Untuk itu, warga PDR kemudian menyusun sikap dan usulan terkait dengan rencana pembangunan UPS tersebut [Bisa dilihat di sini].
Pertemuan lanjutan kemudian dilangsungkan pada tanggal 29 November 2008. Rencananya akan dihadiri oleh pihak Developer, Pemkot Depok, perwakilan DPRD Depok, dan perwakilan warga. Namun, senasib dengan pertemuan sosialisasi UPS sebelumnya, pertemuan kali ini tidak bisa memberikan kepastian bagi warga PDR. Selain karena proses pembangunan fisik UPS masih terus berlangsung, pihak-pihak terkait tidak ada satu pun yang bisa memberikan keputusan dan jaminan bahwa UPS tersebut tidak memiliki dampak negatif bagi warga PDR.
Sikap Tegas Warga PDR: TOLAK UPS!
Melihat perkembangan demikian, warga PDR masih berpendapat bahwa pembangunan UPS di lingkungan PDR belum bisa diterima karena masih mengabaikan prinsip-prinsip kelaikan lingkungan dan ketidakjelasan peruntukan operasionalnya. Pembangunan UPS baru dapat diterima dan didukung jika peruntukkannya sesuai dengan kapasitas kerjanya yaitu untuk 2 RW saja, bukan untuk 1 Kelurahan Ratu Jaya; SERTA UPS tersebut dibangun dengan memperhatikan dampak lingkungan yang paling minim bagi warga sekitarnya. Hal tersebut, UPS harus dibangun cukup jauh dari pemukiman warga yang ada disekitarnya agar dampak buruknya bisa diminimalisir.
Update: Lihat juga resonansi topik serupa di Balance Life