Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Tuesday, December 02, 2008
sejak kapan jati diri bangsa hilang?
Sejak kapan jati diri sebagai Bangsa Indonesia kita hilang? Atau pertanyaan yang lebih tepat adalah, sejak kapan Bangsa Indonesia diajarkan makan dan minum memakai tangan kiri?
Jati diri Bangsa Indonesia itu benar-benar hilang ketika di Depok semakin banyak jalan yang rusak tapi tidak pernah diperbaiki; ketika di Depok kemacetan semakin merajalela karena angkutan umum tidak ditertibkan; ketika di Depok pengelolaan sampahnya kacau dan mengorbankan kesehatan warga sekitarnya; ketika di Depok mulai sering terjadi banjir; dan...
Ketika Walikota Depok terlalu sibuk dengan jadwal photo session dan menjadi model berbagai spanduk, baliho, atau berbagai media promosi lainnya.
Sudahlah, Pak! Kami makan dengan tangan atau kaki, biarlah itu urusan dosa dan kebiasaan kami. Jati diri kami belum pernah tergadai ketika tangan kiri kami gunakan untuk mengambil sepotong tempe. Ibu kami, sejak kami kecil, sudah mengajarkan kami mana tangan yang "manis" dan mencuci tangan sebelum makan atau setelah buang hajat. Oleh karenaitu, mohon dengan segala hormat dan kerendahan hati, Bapak uruslah tugas dan kewajiban Bapak sebagai kepala daerah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
ah,rasanya "berlebihan" kali iklan yang satu ini Pak..perasaan kok ya ada-ada saja cari iden untuk pasang baliho itu...
Jati diri bangsa = makan dengan tangan kanan. Ooooh yaa????
berarti perlu ada detektif tangguh untuk menemukan sang pencuri jati diri bangsa :-)
interesting article
http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/06/idul-adha-personal-piety-instead-common-good.html
Post a Comment