Thursday, July 10, 2008

inefisiensi dan misalokasi sumber daya atas nama penegakan demokrasi

Ini adalah catatan kecil atas menjelangnya Pemilu 2009 seperti ditandai pengumuman tentang parpol peserta pemilu. Tak terbayangkan bagaimana nanti situasinya setelah mengetahu bahwa 34 Parpol ikut Pemilu 2009. Yang terbayang hanyalah hal-hal seperti berikut ini:

Penghamburan Uang
34 partai masing-masing akan menghamburkan uang sekian milyar rupiah untuk kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kesejahteraan masyarakat. Berbagai kegiatan seperti kampanye dan pembuatan atribut serta lain-lainnya jika kita total keseluruhannya pasti akan bisa digunakan untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur. Atau, dengan kata lain selama setahun ke depan Indonesia tidak akan ada perbaikan dan penyempurnaan sarana dan prasarana publik karena habis untuk kegiatan "hura-hura" politik yang terlalu besar ini.

Masa "Kritis" dan "Kronis"
Dengan 34 partai yang bertarung dalam pemilu 2009, berarti kita akan menghadapi hari-hari yang dipenuhi kampanye dan berbagai kegiatan turunannya. Kegiatan kampanye dari partai-partai yang banyak tersebut akan menimbulkan masa-masa "kritis" berupa kemacetan di jalan raya yang tak terhindarkan. Belum lagi hilangnya waktu karena harus menghindari kemacetan akibat penumpukkan massa akibat kampanye tersebut. Dari sudut pandang dunia usaha, kemacetan dan hilangnya waktu berarti juga turunnya produktifitas nasional karena jam kerja dan kenyamanan kerja menjadi terganggu. Belum lagi jika terjadi kerusuhan atau pertikaian antar pendukung parpol, ini akan menimbulkan masa "kronis" karena banyak hal yang menjadi tidak pasti dan sulit dipecahkan.

Kegiatan Perekonomian Akan "Beku"
Terkait dengan masa "kritis" sebelumnya, dengan riuh rendahnya pertarungan politik sepanjang tahun 2009 nanti sudah jelas kegiatan perekonomian akan "beku" alias stagnan karena berbagai perilaku para pelaku bisnis yang cenderung "wait and see". Mereka akan menunda kegiatan investasi, bahkan mungkin saja akan mengalihkan rencana ekonomi mereka ke wilayah/negara lain. Selain itu, dunia usaha juga akan menunda rencana ekspansi sedemikian sehingga kegiatan ekonomi cenderung tidak lebih baik dibanding periode sebelumnya. Selain itu, buruh dan pekerja mendapat tekanan karena masa-masa sulit akibat kenaikan harga serta kesempatan kerja yang terbatas membuat kegiatan usaha rentan dengan "kehangatan" dunia politik dalam pemilu nanti. Dengan kata lain, lagi-lagi bicara produktifitas ekonomi yang relatif menurun.

Dan masih banyak lagi pemikiran dan kekhawatiran yang sempat timbul dalam benakku saat ini. Dengan peserta pemilu sebanyak itu, waktu pelaksanaan yang setahun penuh - jangan lupa kita juga akan melakukan pemilihan presiden langsung - maka tak terhindarkan bahwa tahun depan kita akan menghadapi apa yang kusebut sebagai "inefisiensi dan misalokasi sumber daya atas nama penegakan demokrasi".

Itu tadi istilah kerennya lah. Kalau Anda berkenan mendengar istilah yang kurang 'elok', aku ingin menyebut Pemilu 2009 nanti sebagai "masturbasi politik". Parpol peserta pemilu beserta seluruh jajarannya sedang menikmati 'kenikmatan' yang tiada tara, namun kenikmatan tersebut sesungguhnya dinikmati oleh mereka sendiri tanpa mungkin berbagi. Mengapa demikian? Jelas! Semasa kampanye, mereka semua mengumbar janji-janji dan mengecap kenikmatan sebagai fokus perhatian sepanjang tahun. Dimanja oleh sistem politik, menghabiskan semua sumber daya yang ada. Semua untuk apa? Hanya demi duduk ditampuk pemerintahan atau parlemen dan ujung-ujungnya mereka mereguk kenikmatan tambahan berupa upah dan gaji yang tiada tara tingginya serta tak perlu peduli lagi tentang bagaimana mewujudkan janji-janji yang pernah mereka ucapkan dulu. Nikmat sekali ritual semacam itu, bukan?

No comments: