Jika kita membaca kalimat berikutnya di bagian lain (lihat di bawah) ternyata Joger masih berhumor-ria dengan pendekatan ekonomi normatif tentang cara mencapai keadilan dan kemakmuran dengan mengendalikan hawa nafsu secara wajar. Wah, macam orang-orang yang selalu teriak soal moralitas saja... Padahal orang miskin dan kurang mampu lebih membutuhkan solusi ekonomi dibandingkan moral. Paling tidak, Joger masih konsisten dengan pendekatannya yang secara "riang" menawarkan sesuatu yang lebih damai dibandingkan demonstrasi dan kekerasan. Mungkin para ekonom komentator dan tokoh agama perlu belajar bagaimana menyampaikan pandangan dan ideologinya secara damai kepada Joger.
Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Thursday, June 12, 2008
Joger ternyata ekonom...
Oleh-oleh dari Joger Bali,
Dari kalimat di kaos Joger tersebut, terselip pemahaman tentang kebijakan ekonomi yang "pro-poor" alias berpihak kepada kelompok penduduk miskin, tanpa perlu berpikir seperti kelompok komunis yang 'menghapus' kelompok penduduk kaya sehingga terjadi pemerataan. Dengan kata lain, Joger menganjurkan bahwa dalam mengentaskan kemiskinan haruslah fokus langsung pada penduduk miskin saja. Jadi, jika kita ingin memberlakukan kebijakan subsidi maka haruslah subsidi yang langsung diterima oleh mereka yang membutuhkan. Tidakkah ini menunjukkan bahwa Joger ternyata ekonom...?
Jika kita membaca kalimat berikutnya di bagian lain (lihat di bawah) ternyata Joger masih berhumor-ria dengan pendekatan ekonomi normatif tentang cara mencapai keadilan dan kemakmuran dengan mengendalikan hawa nafsu secara wajar. Wah, macam orang-orang yang selalu teriak soal moralitas saja... Padahal orang miskin dan kurang mampu lebih membutuhkan solusi ekonomi dibandingkan moral. Paling tidak, Joger masih konsisten dengan pendekatannya yang secara "riang" menawarkan sesuatu yang lebih damai dibandingkan demonstrasi dan kekerasan. Mungkin para ekonom komentator dan tokoh agama perlu belajar bagaimana menyampaikan pandangan dan ideologinya secara damai kepada Joger.
Jika kita membaca kalimat berikutnya di bagian lain (lihat di bawah) ternyata Joger masih berhumor-ria dengan pendekatan ekonomi normatif tentang cara mencapai keadilan dan kemakmuran dengan mengendalikan hawa nafsu secara wajar. Wah, macam orang-orang yang selalu teriak soal moralitas saja... Padahal orang miskin dan kurang mampu lebih membutuhkan solusi ekonomi dibandingkan moral. Paling tidak, Joger masih konsisten dengan pendekatannya yang secara "riang" menawarkan sesuatu yang lebih damai dibandingkan demonstrasi dan kekerasan. Mungkin para ekonom komentator dan tokoh agama perlu belajar bagaimana menyampaikan pandangan dan ideologinya secara damai kepada Joger.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment