"Sejarah manusia dicerminkan dalam sejarah saluran air kotor (gorong-gorong)... Gorong-gorong adalah nurani kota... Gorong-gorong itu nyinyir. Ia mengisahkan apa saja"
(Victor Hugo, dalam novel "Les Miserables"/Orang-Orang Sengsara)
Kemudian, lihatlah foto-foto saluran air berikut ini:
Jika kita ganti kata "kota" dalam kutipan Victor Hugo di atas menjadi nama "komplek" atau "perumahan" kita sendiri, dan kondisi saluran air kotor di "komplek" atau "perumahan" kita seperti pada foto di atas, kira-kira menunjukkan "nurani" seperti apa yah? Kisah apa saja yang terbaca di sini?
Meskipun terlambat, tapi "Selamat Hari Air Sedunia" (23 Maret 2008)...
3 comments:
He.he. cuma Dewa yang bisa combine Victor Hugo dengan kerja bakti dan actually move people in his neighbourhood to do it
dari saluran diujung (hulu) bisa jadi terjadi erosi tanah sehingga menyebabkan pendangkalan saluran air ditambah bekas rumput dan sampah yang ikut terbawa arus air atau ada orang yang buang sampah sembarangan.
Kalo saya sbg orang awam melihat, adanya saluran air yang membelah pemukiman warga itu menyalahi konsep perumahan yang ideal, kaloupan ada paling tidak saluran air dan pemukiman ada space yg kosong nah disitu bisa dilakukan penghijauan.
Solusinya:
1. pengerukan saluran air (mahal)
2. mencegah erosi tanah (penghijauan)
3. kampanye tidak buang sampah sembarangan.
@Resi Bismo...
Betul sekali, seharusnya tidak ada saluran air tersebut namun sayangnya komplek ini masih berbatasan dengan warga yang membutuhkan air untuk mengairi kebun dan empang/penangkaran ikan untuk area pemancingan. Jadi, sulit jika ditiadakan.
Solusi (1) pernah dilakukan tapi kembali terjadi dan memang yang paling tinggi penyebabnya adalah karena sampah. Sayangnya, lagi-lagi, kampanye tidak buang sampah sembarangan masih seperti kampanye sia-sia karena yang merasakan dampaknya mungkin hanya orang2 yang tinggal dekat saluran air. Ignorance is bliss...
Post a Comment