Kemarin petang, Minggu 16 Maret 2008, aku dan istrinda memutuskan untuk secara konkrit ikut serta dalam upaya mengurangi penggunaan kantong plastik demi lingkungan. Ketika kami melakukan ritual minggu kami berbelanja ke Carrefour, kuputuskan untuk membeli 2 buah kantong plastik - masing-masing seharga Rp. 2.000,-, dan mulai menggunakannya. Kami ingin mencoba mempelopori konsep Belanja “Hijau” atau kerennya “Green Shooping”. Belanja “Hijau” kalau boleh aku definisikan sebagai aktifitas belanja yang memperhatikan lingkungan, sejak mulai berbelanja hingga berakhir pada pengelolaan atau manajemen sampah rumah tangga.
Khusus tentang kantong plastik yang dijual oleh Carrefour, ternyata sudah banyak sekali ketertarikan dan komentar masyarakat Jakarta terhadap program kantong plastik tersebut. Anda bisa membaca berbagai blog dengan berbagai pendapat pro dan kontra terhadap “kampanye” tersebut. Tinggal ajak Doktor Google untuk mencari dan membacanya...
Kami sendiri berencana bahwa kedua kantong plastik tersebut harus kami gunakan setiap kami berbelanja di supermarket atau pasar lainnya. Alasan kami cukup sederhana saja, karena kantong plastik di rumah kami mulai terlalu banyak dan tidak nyaman untuk disimpan. Selain itu, kami sadar bahwa penggunaan kantong plastik harus dikurangi.
Tentang Belanja "Hijau", selama ini kami menggunakan kantong plastik bekas belanjaan di rumah untuk menampung sampah yang umumnya plastik juga. Kami sudah mulai memilah-milah sampah di rumah kami. Selain kami terinspirasi oleh kebiasaan kami berdua ketika sekolah dulu, kami juga merasa kebiasaan tersebut dapat membuat rumah kami lebih bersih sekaligus -mungkin - bisa membantu kehidupan warga lainnya.
Yang paling sederhana kami lakukan adalah mulai mengumpulkan gelas-gelas plastik bekas air minum kemasan, botol-botol plastik bekas soda, dan berbagai bungkus plastik makanan atau kemasan produk lainnya. Jika sudah penuh di tempat sampah, kami masukkan ke dalam kantong plastik bekas belanjaan dan kami letakkan di tempat sampah yang akan dikumpulkan oleh pengumpul sampah di rumah. Sementara itu, koran bekas, karton-karton kotak susu atau jus, kardus dan sampah berbahan dasar kertas kami tumpuk hingga sejumlah tertentu lalu dibuang dalam keadaan kering. Kami berpikir bahwa dengan demikian, para pengumpul sampah di lingkungan kami akan lebih mudah memilah-milah mana sampah yang bisa dijual (baca: daur ulang). Mungkin hal tersebut bisa meningkatkan pendapatan mereka selain mendapatkan hasil dari iuran sampah warga.
Anda mungkin akan mencibir atau bahkan mentertawakan kebiasaan kami tersebut. Silahkan saja. Aku pribadi berpikir bahwa melakukan hal yang kecil secara konsisten lebih membuahkan hasil dibandingkan sesuatu yang besar namun terpaksa. Dan, dari sisi kami sendiri kebiasaan ini menyenangkan. Beberapa hal bisa kami capai sekaligus: rumah bersih, rapih, sampah tidak berantakan, dan bisa memberi kontribusi - meskipun kecil - bagi para tukang sampah atau pemulung.
Jika Anda ingin juga ingin ikut serta menjalankan konsep Belanja “Hijau” atau “Green Shooping”, aku ada sedikit langkah yang boleh disesuaikan masing-masing.
- Jika berbelanja, gunakan plastik yang ada di rumah. Atau belilah kantong/tas yang agak bagus khusus untuk berbelanja berkali-kali.
- a) Jika tidak membawa plastik dari rumah atau lupa, mintalah kardus bekas di swalayan. Hal ini berlaku terutama jika Anda belanja cukup banyak. Kan Anda bisa membawa troly hingga ke parkiran mobil atau motor Anda. Jika ingin rapi, Anda bisa tutup kardus tersebut dengan meminta isolasi di customer service diberikan tali untuk tentengan; b) Setelah berbelanja, Anda bisa melipat kardus tersebut dan diberikan ke tukang sampah atau pemulung yang lewat di rumah Anda.
- Jika kardus tersebut belum dibuang, bisa digunakan sebagai tempat sampah khusus untuk sampah-sampah yang berbahan dasar kertas. Kardus bisa kita gunakan untuk berbagai jenis sampah kering lainnya. Akan lebih baik jika bisa mengelompokkan sampah-sampah yang bisa dijual dan yang tidak bisa dijual. Yang bisa dijual akan sangat membantu para pengumpul sampah atau pemulung, sehingga mereka tidak perlu “mencari-cari” (baca: mengacak-acak) tempat sampah di depan rumah kita.
Silahkan mencoba!
No comments:
Post a Comment