Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Monday, May 01, 2006
Selamat Jalan Pak Pram!
Ini bukan obituari, melainkan sekedar ungkapan rasa sedih bercampur haru-nostalgi akan berita kepergian seorang sastrawan sekaligus sejarawan terbaik Indonesia. Pramoedya Ananta Toer adalah salah satu penulis yang pertama kali membuat aku tidak mampu melepaskan buku saat aku membacanya.
Gadis Pantai adalah judul buku pertama karya Pak Pram yang aku beli sendiri di pameran buku Senayan. Aku habiskan membacanya dalam waktu 2 jam! Bahkan, setelah itu aku masih ingin membacanya lagi. Belum pernah aku sebegitu semangatnya membaca semua cerpen atau cerita. Tidak juga buku pertamaku, Petualangan Tintin ke Bulan, bisa membuatku seperti saat itu.
Sebelum membeli buku ini, aku hanya tahu dari diskusi-diskusi di kampus FEUI tentang Pak Pram dan kontribusinya bagi dunia sastra dan juga politik di Indonesia. Patut dicatat, sebelum tahun 1997/1998 karya-karya Pak Pram tidaklah dijual secara terbuka. Karena itulah, aku termasuk terlambat dalam mengenal dan membaca karya-karya Pak Pram.
Karya yang paling membuatku 'semadi' total (baca: mengurung diri) di kamarku adalah Tetralogi: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca dan Jejak Langkah. Keempat buku ini aku beli bertahap dalam waktu dua minggu. Setelah keempatnya lengkap, barulah aku membacanya semua satu per satu selama dua hari di akhir pekan. Lagi-lagi aku tersentuh membaca keempat karya legendaris Pak Pram tersebut. Setelah itu, aku kerap menyempatkan membeli dan membaca beberapa karya Pak Pram yang tentunya semua sudah merupakan cetakan terbaru.
Kini, Pak Pram sudah pergi. Indonesia lagi kehilangan seorang tokoh besar. Pun tokoh ini adalah tokoh yang terlupakan dan terbuang oleh negaranya sendiri, padahal dunia mengakui pemikiran dan karya-karya besarnya.
Selamat jalan, Pak Pram! Terima kasih yang tulus dari seorang siswa biasa atas segala ajaran dan pemikiran besar tentang arti hidup dan berbangsa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment