Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Friday, November 18, 2005
purnama
Dibalik awan gemawan itu, ia muncul. Menghangatkan angkasa malam dengan temaram sinarnya. Purnama melukiskan senyum, bagai dongeng tidur bagi anak-anak yang polos. Aku menatap senyum itu, dan menemukan rangkaian doa dan rasa yang dalam menjelajahi jiwa.
Dalam hening dan temaram sinarmu aku melantunkan kidung. Dengan penyerahan akan seluruh kesadaran dan ikatan lahir. Agar selamat seluruh kehidupan dan perjalanan yang kujalani diperkenankan demi keutuhan kewajiban sebagai manusia yang papa dan apa adanya. Swaha
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment