Mengapa harus kulalui hari ini?
Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Tuesday, November 08, 2005
malam pagi
Pagi nan gelap. Fajar belum menyingsing, seolah malam masih jadi penguasa angkasa. Di mana gerangan air mata? Ternyata sudah kutenggak dua cawan tanpa kawan. Aku telah melupa harapan sekaligus keinginan. Terlalu banyak penjelasan tapi hanya kehampaan dan hujatan yang tampil di depan. Aku hanya bisa mengamati. Enggan bersekutu dengan kehendak. Mungkin karena itu malam terlalu panjang hari ini. Dan mungkin aku memang tak akan mampu menemukan sang bahagia sejak pagi ini. Semua yang pernah ada bagiku, hanyalah semata kasihan...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment