"A [statement] should be like a lady's skirt:
long enough to cover the essentials but short enough to keep it interesting."
English proverb (modified)
Di Jakarta, minggu lalu bisa dikatakan sebagai minggunya 'rok mini'. Media massa ibukota diawali dengan berita tentang kasus pemerkosaan yang dilakukan di angkutan kota (angkot) yang kemudian mengutip tanggapan dari Gubernur DKI Jakarta, Bang Foke, yang mengatakan, "Jangan pakai rok mini di angkot dan jangan menggunakan celana pendek ketat jika naik motor". Pernyataan tersebut mengundang reaksi dari beberapa kelompok perempuan. Bilamana rok mini membuat semua perempuan di Jakarta akan diperkosa?
Saya sendiri termasuk yang 'miris' dengan pernyataan tersebut. Saya katakan miris karena beberapa hal: pertama, pernyataan tersebut seakan-akan menyudutkan korban perkosaan dan seolah memaklumi motivasi si pemerkosa. Meskipun mungkin ada persoalan beda tafsir atas pernyataan tersebut dan Pak Gubernur sudah meminta maaf, tapi tak ayal bisa jadi mewakili pikiran dan ide yang ada di benak setiap laki-laki di Jakarta khususnya atau Indonesia umumnya terhadap perempuan yang berpakaian tertentu.
Kedua, pernyataan tersebut seolah mengamini bahwa setiap laki-laki yang melihat perempuan dengan rok mini hampir pasti akan tergerak untuk melakukan tindak perkosaan. Mungkin kesimpulan tersebut terlalu ekstrim, tapi itulah tafsir yang bisa ditarik dari 'himbauan' Bang Foke. Himbauan tersebut jelas ingin menghindari terjadi perkosaan, namun dengan menetapkan dulu titik awal dari hubungan sebab akibatnya. Dan, secara tidak langsung himbauan tersebut menetapkan bahwa titik awal penyebab pemerkosaan adalah perempuan dengan rok mini. Karena perempuan menggunakan rok mini, maka laki-laki akan memperkosa.
Ketiga, tanggapan dan himbauan Bang Foke terhadap tindak kejahatan seksual, khususnya pemerkosaan sangatlah dangkal. Pernyataan beliau menunjukkan kekurangpahaman beliau akan aspek-aspek terkait dari kejahatan seksual, termasuk pelecehan seksual yang belakangan juga terjadi di beberapa moda angkutan di Jakarta. Padahal, tindak kejahatan seksual dapat dipicu oleh banyak hal. Banyak studi menunjukkan bahwa kejahatan ini lebih terkait pada masalah psikologis si pelaku dan kondisi sosial masyarakat yang sangat kompleks. Dengan kata lain, penyebab kejahatan seksual harus dilihat kasus per kasus.
Ketiga hal tersebut merupakan hal-hal yang menunjukkan bahwa Bang Foke mungkin belum terlalu peka dengan permasalahan. Atau mungkin juga, beliau terlalu cepat menanggapi suatu persoalan. Namun, kritik dan kecaman yang ditujukan ke Bang Foke atas pernyataan tersebut sudah terjadi. Pasti sang Gubernur merasa 'kenapa saya selalu disalahkan?'. Tapi, beliau seharusnya tahu bahwa beliau tidak dipersalahkan atas maraknya kasus kejahatan seksual yang terjadi di Jakarta belakangan ini. Saya yakin masyarakat Jakarta juga memahami dan mengerti bahwa seorang Foke tidak mungkin mampu menyelesaikan semua permasalahan di Jakarta seorang diri. Tapi, warga masyarakat akan selalu menanti dan mengikuti setiap kata, sikap dan tindakan beliau yang akan selalu diwartakan di media massa. Semua itu merupakan simbol dan arahan kebijakan yang dicetuskan baik langsung atau pun tidak langsung oleh seorang Gubernur. Itulah sebabnya, sebagai seorang pemimpin, beliau harus mampu mengantisipasi setiap pernyataan yang dia sampaikan karena itu adalah cermin dan cikal bakal kebijakan administratif seorang Gubernur.
Sayangnya, pernyataan 'ajaib' seperti ini bukanlah yang pertama yang diucapkan oleh Bang Foke. Beliau juga pernah memberikan pernyataan ajaib tentang fenomena banjir di Jakarta dengan mengatakan bahwa "Itu hanya genangan, bukan banjir". Terlepas dari perdebatan tentang definisi banjir dan genangan, pernyataan tersebut tidaklah mampu meredam apalagi menyelesaikan inti permasalahan. Pernyataan tersebut malah memicu kemarahan karena apa yang dialami warga Jakarta tidak akan mampu diatasi hanya dengan mengganti istilah dari banjir ke genangan.
Sebagai penutup, jika Pak Gubernur ingin berkomentar atau menghimbau masyarakat untuk menghindari tindak pemerkosaan ada baiknya sebelum itu untuk membaca dengan seksama artikel tentang bagaimana menghindari pemerkosaan (sayangnya ini dalam bahasa Inggris) dan menggunakan artikel tersebut sebagai referensi. Yang bagus dan penting dari apa yang dipaparkan di artikel tersebut adalah tidak ada satu pun pernyataan merujuk pada panjang pendek rok atau celana yang perempuan gunakan.
No comments:
Post a Comment