Thursday, August 16, 2007

test keperawanan? Cape' deh...

Menarik dan ruarrr biasa!!

Mengutip kata-kata dari Ibu/Mbak Megakarti di NEWSdotCOM: Kantor Berita Republik Mimpi, "Inilah akibatnya kalau Bupatinya laki-laki!", maka akan ada test keperawanan bagi para siswi SMU di Indramayu.

Jika kugunakan pendekatan Kesehatan Reproduksi, pertanyaan umum yang seharusnya diajukan adalah apakah test tersebut signifikan akan mengurangi insiden seks pra-nikah atau video mesum?

Terlepas dari kontradiksi perlukah juga kita melakukan test keperjakaan (untuk para siswa) - salah satu kontradiksi yang pasti akan dikemukakan oleh kaum perempuan, menurutku sangatlah tidak relevan dan tidak signifikan test "seksualitas" seperti ini dilakukan, apalagi jika tujuan utamanya adalah mencegah seks pra-nikah atau pelanggaran moral seperti video mesum dan foto-foto seronok/porno.
Seperti diutarakan oleh si Bupati,
Jika hasil pemeriksaan medis diketahui terdapat siswi SMP/Mts dan SMA/SMK/MA tidak perawan lagi atau kegadisannya sudah hilang, maka orangtuanya akan dipanggil sekolah.
"Orangtuanya akan diingatkan untuk lebih waspada dalam mendidik putrinya sehingga jangan hanya bisa menyalahkan sekolah atau gurunya saja," kata Bupati Irianto MS Syarifudin.
Yang lucu di sini adalah apakah si Bupati mengetahui apa saja penyebab keperawanan atau kegadisan bisa hilang? Bukankah hilangnya keperawanan atau kegadisan bisa juga disebabkan oleh faktor di luar hubungan seksual? Bagaimana kita mengetahui penyebab pasti hilangnya sebuah keperawanan atau kegadisan?

Atau, bagaimana nasib para perempuan yang teridentifikasi "masih perawan/gadis"? Perlukah kita sanjung-sanjung perempuan tersebut, dan - ini biasanya solusi dari kaum tradisionalis - segera saja dinikahkan agar jangan sampai hilang keperawanannya dengan cara di luar institusi perkawinan.

Kesimpulanku, jika fokus kebijakan hanyalah untuk mencari "kebenaran" (takut disalahkan atau mencari kesalahan orang lain) seperti yang diutarakan si Bupati maka terjadilah penciptaan kebijakan-kebijakan "nyeleneh" seperti ini. Sama halnya seperti kebijakan razia perempuan "malam" (baca: perempuan yang kebetulan keluar di waktu malam hari) yang terjadi di Tangerang dan kebijakan-kebijakan berbau "penegakan moral" lainnya. Dan, jika diperhatikan secara seksama, ujung dari semua masalah dan solusi yang ditawarkan para pemimpin gerakan "penegakan moral" ini adalah memberangus dan menindas kelompok perempuan. Cape' deh...

Benar-benar negeri dan orang-orang yang aneh...

Update: Ternyata bukan hanya Bupati Indramayu saja yang "nyeleneh", bahkan kebijakannya tersebut juga didukung oleh pejabat-pejabat nyeleneh lainnya. Pejabat di Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pendidikan (Dindiknas) menyatakan mendukung penuh kebijakan tersebut. Duh cape' deh lagi... cape' banget!

2 comments:

Anonymous said...

Kenapa cuma siswi doang yang ditest? bagimana dengan siswa nya? bisa ga sih test keperawanan untuk cowo?

embun said...

Maksudnya test keperjakaan?

Meskipun bisa, sama halnya seperti test keperawanan, apakah itu diperlukan? Menurutku, kedua macam tersebut sangat tidak penting dan tidak memiliki manfaat sama sekali.

Aku masih bingung apa sebenarnya definisi "perawan" atau "perjaka" dan apa implikasi kedua hal tersebut jika masih atai tidak lagi perawan/perjaka? Kemungkinan jawabannya akan sangat pribadi, tergantung pada banyak hal.