Namanya
Caroline Ingrid Adita, atau dipanggil Aline. Menurut rubrik
Urban di Kompas hari ini, ia adalah
perempuan paling sensual menurut versi majalah For Him Magazine (FHM) dalam tajuk "The 100 Sexiest Women in the World 2005". Dengan kata lain, meminjam istilah justifikasi moralitas yang sedang santer dikumandangkan di Indonesia, Aline adalah perempuan yang masuk kategori paling "membangkitkan birahi" bagi kaum Adam. Anda setuju?
Tentang Aline sebagai perempuan paling sensual:
Aku tidak setuju! Alasannya: jika aku ikut ajang pemilihan tersebut, aku tak akan memilih Aline, bukan karena aku benci dia, atau apa. Bagiku,
Keira Knightley adalah perempuan paling sensual di dunia saat ini. Untuk Indonesia, pilihanku jatuh pada Tamara Blezynski.
Anda juga punya pilihan sendiri, kan? Boleh saja anda setuju Aline terpilih. Tapi aku yakin, laki-laki lain punya pilihan mereka sendiri yang lain dari anda dan apalagi saya. Artinya, definisi dan kriteria sensualitas kita berbeda-beda kan? Iya kan?!
Tentang justifikasi kategori paling "membangkitkan birahi" bagi kaum Adam:
Aku tidak setuju juga!Alasannya: di atas sudah jelas, definisi dan kriteria sensualitas tiap spesies Adam berbeda-beda. Ada beberapa kesamaan, namun secara keseluruhan pasti berbeda. Definisi dan kriteriaku sangat spesifik yaitu keindahan kombinasi ekspresi wajah yang diperkuat oleh mata dan senyum. Soal kemolekan tubuh, bagiku yang penting proporsional. Sisanya adalah aura. Bagi anda? Aku tidak tahu, dan anda sangat boleh punya definisi dan kriteria sendiri. Ini hak manusiawi kan? Iya kan?!
Tapi yang terpenting, definisi dan kriteria tersebut sama sekali tidak membuat birahiku bangkit. Sama sekali tidak! Kenapa tidak? Lho, kenapa harus? Sama seperti misalnya saat kita melihat sebuah panorama pemandangan yang indah di kaki bukit. Apa yang dapat dirasakan? Hanya satu kata, "kagum". Baiklah, kagum dan terpesona. Dan, tidakkah itu wajar dan manusiawi jika kita melihat sebuah keindahan lalu kita kagum dan terpesona? Aku yakin, aku tak sendirian dalam hal ini. Apabila ada diantara kita ingin memiliki pun menguasai keindahan tersebut (karena hasrat, ketamakan dan nafsu), tidakkah itu juga wajar dan manusiawi. Namun, apabila ketamakan dan nafsu itu timbul, patutkah keindahan tersebut yang dihukum dan dikucilkan??! Jawabnya
tidak sama sekali! Semestinyalah kita belajar dan berlatih mengendalikan ketamakan dan nafsu tersebut agar tidak menguasai pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Itu juga yang disebut manusiawi, kan?
Namun, ternyata kita tidak punya hak manusiawi sama sekali saat ini. Kenapa? Karena banyak pemimpin, ulama dan pejabat yang menganggap definisi dan kriteria 'sensualitas' mereka sama seperti semua spesies Adam di seluas permukaan bumi. Dan juga karena mereka-mereka ini tidak mau belajar dan tidak mampu berlatih mengendalikan ketamakan dan nafsu birahi mereka maka mereka tidak mampu menguasai pikiran, perkataan dan perbuatan mereka atas spesies Hawa (padahal mereka penguasa, ulama, orang suci, berakhlak!). Dan karena itulah sensualitas itu hanyalah satu definisi dan kriteria saja yaitu segala apa yang 'membangkitkan birahi'.
Jadi, ketika Aline mengatakan (dikutip dari artikel dimaksud)
”Aku hanya merasa seksi pada saat-saat tertentu saja sebenarnya....”
maka sesungguhnya bagi MUI, DPR pansus RUU APP, dan kelompok-kelompok suci lainnya, Aline (mungkin) terlihat seksi di segala saat. Atau malah ternyata mereka memilih
Ainul Rokhima??
Benar-benar kedunguan yang datang dari langit! Dan aku ikut-ikutan dungu...