Tuesday, July 05, 2011

perlukah manual bahasa Indonesia?


Berita tentang penangkapan penjual iPad di Indonesia beberapa waktu lalu cukup mengherankan. Para penjual iPad tersebut ditangkap dengan dakwaan menjual produk tanpa buku manual bahasa Indonesia. Hal tersebut membuat pertanyaan salahkah menjual produk tanpa manual bahasa Indonesia menjadi wajar dan harus dijawab dengan jelas namun tetap kritis. Tapi yang harus kita jawab sebelum menjawab salah atau benar adalah seberapa perlukah manual berbahasa Indonesia untuk setiap produk?

Anda pasti akan menjawab PERLU! Mengapa? Pasti alasannya sangat sederhana: agar kita bisa menggunakan produk yang kita beli atau miliki sesuai dengan fitur dan kegunaannya. Selain itu, manual dengan bahasa yang dimengerti tentu akan membuat kita mampu menghindari kesalahan ketika menggunakan produk tersebut dan pada gilirannya menghindari kita dari gagal klaim atas jaminan purna jual (after sales product warranty) yang baku tersedia dari setiap penjualan.

Jika semua hal yang PERLU tersebut benar adanya, pertanyaannya menjadi lebih kritis lagi. Apakah Anda selalu membaca buku manual dari setiap produk-produk yang Anda beli? Untuk pertanyaan tersebut, saya yakin lebih dari setengah total konsumen dari suatu produk akan menjawab TIDAK. Mengapa? Karena biasanya produk-produk yang kita beli sudah memiliki fitur dan fungsi yang penggunaannya relatif kita kenal secara baik. Misalnya kita sudah tahu berbagai fitur dan fungsi dasar dari produk-produk elektronik seperti ponsel, komputer, televisi, pemutar video, dan sebagainya. Para konsumen biasanya baru perlu membaca buku manual jika ada fitur dan kegunaan yang berbeda dibandingkan produk-produk sejenisnya. Namun, kebanyakan konsumen pasti mampu mengenali dan mengetahui fitur-fitur yang berbeda tersebut setelah mencobanya terlebih dahulu bukan dengan membaca buku manual.

Pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan, pasti punya alasan 'ajaib' lain untuk membuat kebijakan yang mewajibkan semua produk elektronik harus dilengkapi dengan bahasa Indonesia. Padahal, kita bisa menduga bahwa konsumen produk-produk elektronik yang tidak membaca buku manual dan atau mampu membaca buku manual berbahasa asing umumnya berasal dari kalangan yang relatif terdidik dan kelompok ekonomi menengah ke atas. Artinya, mereka pada dasarnya mampu mempelajari dan membaca buku manual bahasa asing, setidaknya bahasa Inggris.

Kecenderungan tersebut sebenarnya sudah terbaca oleh para produsen. Akhir-akhir ini kita semakin sering menjumpai produk-produk elektronik yang tidak menyediakan buku manual yang berlembar-lembar dan tebal wujudnya, melainkan hanya memberikan semacam 'panduan cepat' (Quick Start Guide) yang berwujud seperti leaflet atau selebaran yang mudah dibaca dan diikuti karena dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi. Apakah perlu belajar bahasa Inggris dulu? Gambar dan ilustrasi di panduan cepat tersebut membuat bahasa menjadi tidak relevan lagi. Bahkan anak usia 5 tahun pun sudah mampu mengaktifkan ponsel orang tuanya, tanpa perlu membaca buku manual! Jika pun Anda masih memerlukan manual, kita bisa mendapatkannya dengan mudah di internet dan tersedia dengan berbagai bahasa.

Kita sedang menyaksikan semakin pesatnya perkembangan produk-produk elektronika, khususnya produk-produk komputer dan telematika yang bukan saja ditunjukkan dengan semakin beragamnya jenis dan merek yang ditawarkan tapi juga semakin mudahnya produk-produk tersebut digunakan. Berbagai produk telematika seperti ponsel, komputer dan perangkat tablet seperti iPad dewasa ini kian mudah digunakan tanpa perlu bergantung pada sebuah buku manual. Apple sendiri sebagai produsen iPad mengklaim bahwa para konsumen bisa menggunakan produk mereka "segera" setelah produk tersebut keluar dari kemasannya. (Apple bahkan menyediakan video panduan - Guided Tours - yang membuat konsumen semakin mudah untuk menggunakan iPad). Kondisi tersebut seolah menampik kebijakan perdagangan yang bernafaskan 'nasionalisme kerdil' - seperti kewajiban menyediakan manual bahasa Indonesia, karena tidak memiliki manfaat atau kebutuhan yang mendesak baik bagi konsumen Indonesia sendiri maupun perkembangan industri dan perdagangan dalam negeri.

Jika memang ada konsumen merasa dirugikan ketika membeli sebuah kalkulator yang tidak menyediakan manual bahasa Indonesia mengapa konsumen tersebut masih membeli kalkulator tersebut?
Enhanced by Zemanta

No comments: