Kemudian, datang lagi bencana gempa yang terjadi kali ini di Padang, Sumatera Barat. Sudah jelas, kita semua berduka. Namun, masih saja manusia-manusia "penguasa ayat-ayat suci" tersebut sibuk mencari-cari legitimasi bencana dari ayat-ayat suci yang mereka geluti. Mereka benar-benar bebal dan tak berperikemanusiaan. Entah bagaimana mengajarkan orang-orang yang penuh dengan kebebalan demikian.
Padahal, apa yang ditulis oleh Putu Setia masih tetap relevan dan menjadi keharusan untuk dikaji lebih jauh. Khususnya, terkait dengan bagaimana kita di Indonesia membangun tempat tinggal dan bangunan yang ramah bencana tadi. Bukan rahasia lagi bahwa prosedur dan perencanaan pembangunan hunian dan gedung-gedung di Indonesia penuh dengan praktek manipulasi yang mengabaikan baku mutu dan kelaikan bangunan yang semestinya ada. Hal tersebut sekarang terbukti di Padang. Dan dengan kesadaran tersebut, fokus kita seharusnya tidak hanya gempa, namun juga bencana alam lain yang menjadi rutinitas di Indonesia seperti: banjir, gunung berapi, kekeringan, dan sebagainya; juga tidak hanya terkait dengan tempat tinggal dan prosedur membangun namun juga tata cara kita memanfaatkan sumber daya dan lingkungan kita. Kita harus mulai memikirkan bagaimana strategi hidup di tengah-tengah lingkaran bencana. Bukan hanya berdoa, tapi juga berusaha dan berbuat...
No comments:
Post a Comment