Tadi malam, dalam perjalanan sepiku, angin malam menyapa sendu. Ia mencari di mana seharusnya boleh berada. Ia mengiringiku di sisi jendela, menerpa halus dengan desir bisikannya di telinga. Mengajakku berbincang... Dan lepas tengah malam dalam perjalanan sepiku, hanya angin malam lah ternyata ingin mengajakku berbincang.
Angin malam tak pernah boleh berhenti, ia harus terus berhembus. Itu yang dijeritkan dan dituntut oleh dia dan mereka. Ia tak pernah diberi pilihan, hanya hukum alam yang coba ia jalani. Mengisi ruang yang belum terisi atau keluar dari ruang yang sudah penuh terisi. Ia yang menjaga keseimbangan, tapi tak ada satu pun yang pernah menghiburnya. Aku tak bisa mengucapkan apapun padanya, tidak pujian pun kasihan. Aku pun secara tak sadar sering merasa demikian. Mungkin karena itulah, seiring malam kian dalam dan perjalanan sepi belum pula berhenti mendatang, kian dekatlah kami berdua.
Selebihnya, aku sedang tak ingin berbagi dengan kalian tentangku bersama angin malam. Kami berdua begitu saling mengerti. Jangan kalian tanya kenapa, aku tak yakin bilamana kalian bisa mengerti sedikit pun.
No comments:
Post a Comment