"Albert Einstein - fisikawan besar abad ke-20 - berpendapat agama yang bisa memenuhi kebutuhan intelek manusia masa depan adalah agama Buddha."Terlepas dari agama yang ditunjuk, dalam hal ini Buddha, aku tergugah mendalami apa yang dimaksud dengan kebutuhan intelek manusia masa depan? Dan Pak Gede Prama memberi jawaban yang membuatku setuju untuk kedua kalinya, yaitu kedamaian. Jadi, agama apa pun selama dia bisa memberikan bukti dari ajarannya yang mengarah pada kedamaian merupakan agama yang mampu memenuhi kebutuhan intelek manusia. Sementara ini, aku hanya melihat bahwa Buddha-lah yang telah mampu secara konsisten menunjukkan semangat perdamaian tanpa cela di dalam ajarannya.
Hari-hari belakangan ini, ketika semakin banyak agama yang kian memperkuat stigma sebagai agama utama, semakin menjauhkan semangat agama sebagai pembawa pesan perdamaian. Agama yang semakin kronis dijadikan alat politik, alat kekuasaan, dan media progpaganda bahkan agitasi untuk melakukan tindak kekerasan adalah agama yang lebih tepat disebagai ideologi ketimbang wahyu Tuhan.
Sai Baba berkata, "The greatest spiritual practice is to transform love into service". Jika kita meyakini bahwa agama yang kita anut mengandung cinta dan kedamaian, mari mentransformasikan semangat cinta dan kedamaian dalam keseharian kita dengan berlatih laksana Buddha. Seperti disarankan Pak Gede Prama,
"Meminjam cerita Zen, setiap kata hanya jari yang menunjuk bulan. Bahkan kata-kata Buddha digabung dengan Krishna pun tidak bisa mengantar manusia menemukan pencerahan, terutama bila sebatas dimengerti lalu lupa. Apa yang kita tahu adalah sebuah tebing. Apa yang kita laksanakan dalam keseharian adalah tebing lain. Dan jembatan yang menghubungkan keduanya adalah latihan."
No comments:
Post a Comment