Pelajaran penting hari ini adalah berdiskusi dan berargumen dengan nalar dan fakta-fakta ilmiah tidak selalu berguna. Siapa yang diajak berdiskusi dan latar belakang mereka perlu lebih dulu dikenali. Ada kalanya pihak-pihak yang berdiskusi dan berargumen dengan kita tidak mau atau mampu menerima nalar dan fakta-fakta ilmiah yang kita ajukan. Apalagi jika nalar dan fakta-fakta tersebut tampak berlawanan dengan pendapat dan kepercayaan yang mereka miliki. Betapa pun nyata dan lugas argumen yang kita sampaikan serta entah seberapa sahih fakta ilmiah yang kita rujuk, pasti akan mereka sanggah dan mentah-mentah mereka tolak.
Apa indikasi jika argumen tersebut tidak berguna?
1) Apabila mereka tidak membaca/mendengar utuh argumen tersebut. Biasanya mereka hanya akan memperhatikan pernyataan yang bertentangan dengan ide mereka lalu 'menyerang' pernyataan tersebut dengan memutarbalik kesimpulan menurut interpretasi mereka sendiri;
2) Argumen dan pernyataan balasan mereka biasanya tidak 'menyanggah' secara poin-per-poin melainkan 'menyerang' penggalan-penggalan argumen (tidak memperhatikan keseluruhan konteks) dengan kata-kata yang umumnya bersifat mencela atau mencibir;
3) Selalu berangkat dari dugaan yang didasarkan pada pengalaman pribadi semata tanpa sedikit pun mengakui bahwa ada pengalaman orang lain yang berbeda dan kondisi setiap pengalaman pasti berbeda. Dengan kata lain, mereka senang menarik kesimpulam secara cepat dan terbatas hanya pada pengalaman sendiri tersebut.
Bagi saya pribadi ini merupakan sebuah pengalaman dan pelajaran berharga yang harus saya camkan baik-baik. Saya harus bisa melihat siapa yang sedang berdiskusi dengan saya. Saya juga harus mulai bisa mengenali apakah saya perlu meladeni sebuah diskusi dengan serius atau cukup berkelakar saja. Dan terakhir, saya harus tahu bahwa tidak semua orang siap dan mau menerima bahwa ada hal-hal di luar sana yang belum kita ketahui serta mereka takut menerima serta mengakui bahwa hal-hal tersebut mungkin benar adanya.
Selain itu juga penting untuk mengakui bahwa saya tidak tahu segalanya. Tidak perlu malu atau takut mengakui bahwa saya masih bodoh dan saya banyak "tidak tahu". Kedua hal tersebut menjadi pengingat bahwa saya masih harus terus belajar.
Copyright © Dewa Wisana. All rights reserved
No comments:
Post a Comment