Kisah ini terjadi saat saya dan keluarga (istrinda & Arvind) sedang berakhir pekan di Sydney. Tepatnya, kami sedang menikmati masakan Indonesia di Cafe Joy & Take Away. Setelah kami tiba di lokasi dan langsung memesan makanan yang ingin kami santap, datang juga serombongan pelajar asal Indonesia yang menurut penjelasan mereka adalah peserta pertukaran pelajar setingkat sekolah menengah pertama dengan pelajar dari Australia. Sebelum berbincang banyak dengan rombongan pelajar tersebut, perkenalan kami sebenarnya diawali oleh salah satu lagu yang pertama kali saya kenal dengan baik di tahun 1980an.
Saat kami menyantap makanan yang sudah tiba di meja kami, terdengar lagu yang berjudul "Beautiful Girl". Saya sangat kenal lagu tersebut karena termasuk lagu pertama yang saya tahu ketika pertama kali kenal radio dan lagu pertama yang saya beli kasetnya. Oh ya, dulu saya kenal lagu tersebut saat dinyanyikan oleh Jose Mari Chan. Tapi kali ini, saya tidak kenal siapa penyanyi yang mendendangkan lagu tersebut. Tiba-tiba rombongan pelajar yang duduk di sebelah kami ikut serta menyanyikan lagu tersebut dan mereka juga hafal lirik lagu tersebut. Ketika saya tanya siapa yang menyanyikan lagu ini, mereka menjawab Christian Bautista. Alhasil, jadilah kami semua menyanyikan lagu tersebut tanpa dikomando.
Jose Mari Chan menyanyikan lagu tersebut kira-kira tahun 1989 di dalam albumnya yang berjudul Constant Change. Album ini adalah salah satu kaset pertama saya sebelum Tomy Page "Painting In My Mind". Setelah dinyanyikan lagi oleh Martin Nievera, "Beautiful Girl" kembali dipopulerkan oleh Christian Bautista tahun 2010. Lebih dari 20 tahun perbedaan rilis lagu ini diantara kedua penyanyi tersebut. Meski demikian, ternyata perbedaan generasi tidak selalu menyebabkan perbedaan yang berarti.
Siapa lagi diantara Anda - apa pun generasinya - yang juga senang dengan "Beautiful Girl"? Mari bernyanyi bersama!
Copyright © Dewa Wisana. All rights reserved
Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Tuesday, November 13, 2012
Saturday, November 03, 2012
saya tidak bermaksud...
Kali ini adalah posting perdana saya yang akan saya beri label "The Culture That Is Indonesia". Edisi perdana ini akan membahas tentang kebiasaan orang Indonesia yang menyampaikan "saya tidak bermaksud...".
Kata-kata tersebut sudah lama saya perhatikan namun baru belakangan ini mengganggu pikiran. Baru saja saya temukan dari status seorang dosen di salah satu universitas di Indonesia di salah satu media sosial internet yang menyampaikan kalimat, "Saya tidak bermaksud menyebar fitnah, hanya sekedar bla bla bla..." lalu beliau menyajikan tautan berita online sekaligus menyampaikan pertanyaan dan komentar yang cenderung konspiratif – jika belum bisa dibilang fitnah – atas suatu isu yang belum jelas duduk persoalannya terkait tautan berita tersebut. Yang lebih menarik adalah tautan berita online yang beliau bagikan sendiri memuat pemikiran-pemikiran konspiratif dan penuh fitnah. Mengapa saya bilang fitnah, karena sebenarnya belum ada buktinya.
Tidak sekali ini saya menemukan kata-kata yang diawali kesan baik dan bijak, tapi kontennya sungguh penuh prasangka, tuduhan, konspirasi, dan fitnah yang cenderung tidak berdasar dan hanya didasarkan pada emosi atau stigma atas pihak-pihak yang disangka atau dituduh. Ciri-ciri utamanya biasa diawali dengan kata-kata "saya tidak bermaksud fitnah..." atau "saya tidak bermaksud menuduh..." atau "bukan maksud saya memojokkan...", tetapi pertanyaan atau pendapat atau argumen yang disajikan pada gilirannya akan mensahihkan segala maksud yang dinegasikan di kalimat awal tersebut. Dengan kata lain, apa yang disampaikan di awal sesungguhnya bertolakbelakang dengan pendapat yang sesungguhnya ada di benak si orang tersebut.
Coba saja Anda perhatikan jika sedang berdiskusi secara lisan atau berdiskusi di media online atau berdiskusi di forum-forum online. Dan silahkan simak muatan pendapat atau argumen yang disampaikan. Jika Anda memang tahu dan mungkin sangat dekat dengan orang tersebut, lupakan saja posting ini. Tapi, jika Anda memang ingin sedikit kritis, perhatikan sejauh mana orang tersebut menyampaikan detil-detil pendapat dan argumennya. Mungkin Anda akan menemukan apa yang saya maksud.
Copyright © Dewa Wisana. All rights reserved
Kata-kata tersebut sudah lama saya perhatikan namun baru belakangan ini mengganggu pikiran. Baru saja saya temukan dari status seorang dosen di salah satu universitas di Indonesia di salah satu media sosial internet yang menyampaikan kalimat, "Saya tidak bermaksud menyebar fitnah, hanya sekedar bla bla bla..." lalu beliau menyajikan tautan berita online sekaligus menyampaikan pertanyaan dan komentar yang cenderung konspiratif – jika belum bisa dibilang fitnah – atas suatu isu yang belum jelas duduk persoalannya terkait tautan berita tersebut. Yang lebih menarik adalah tautan berita online yang beliau bagikan sendiri memuat pemikiran-pemikiran konspiratif dan penuh fitnah. Mengapa saya bilang fitnah, karena sebenarnya belum ada buktinya.
Tidak sekali ini saya menemukan kata-kata yang diawali kesan baik dan bijak, tapi kontennya sungguh penuh prasangka, tuduhan, konspirasi, dan fitnah yang cenderung tidak berdasar dan hanya didasarkan pada emosi atau stigma atas pihak-pihak yang disangka atau dituduh. Ciri-ciri utamanya biasa diawali dengan kata-kata "saya tidak bermaksud fitnah..." atau "saya tidak bermaksud menuduh..." atau "bukan maksud saya memojokkan...", tetapi pertanyaan atau pendapat atau argumen yang disajikan pada gilirannya akan mensahihkan segala maksud yang dinegasikan di kalimat awal tersebut. Dengan kata lain, apa yang disampaikan di awal sesungguhnya bertolakbelakang dengan pendapat yang sesungguhnya ada di benak si orang tersebut.
Coba saja Anda perhatikan jika sedang berdiskusi secara lisan atau berdiskusi di media online atau berdiskusi di forum-forum online. Dan silahkan simak muatan pendapat atau argumen yang disampaikan. Jika Anda memang tahu dan mungkin sangat dekat dengan orang tersebut, lupakan saja posting ini. Tapi, jika Anda memang ingin sedikit kritis, perhatikan sejauh mana orang tersebut menyampaikan detil-detil pendapat dan argumennya. Mungkin Anda akan menemukan apa yang saya maksud.
Copyright © Dewa Wisana. All rights reserved
Subscribe to:
Posts (Atom)