Siapakah yang berkenan mengerti embun?
Mengapa ia datang sebelum pagi menjadi terang dan cepat pergi?
Siapakah yang mau mengerti bagaimana ia hadir di sini?
Musim lalu, ia hanya datang sekejap sekelebat pergi
Membiarkan angin dingin dekap erat jiwa dan hati
Terbunuh sepi dan hiruk pikuk abadi
Manusia tanpa senyum, hanya keceriaan semu, mati
Dan di luar sana kamu merasa tak dimengerti?
Siapakah yang berkenan mengerti di sini?
Sekian kali purnama berlalu, dan dingin jadi kawan sejati
Perubahan itu ada, embun pun datang dan pergi
Meski pun kecil dan titiknya hampir tak banyak berubah, pasti
Kecuali ketika angin meniupnya dan jatuh ke tanah diresap sekali
Mengelana pencarian, di setiap panggilan sang jiwa berusaha menjadi
Seperti mentari, tetap setia terbit dan terbenam mengikuti hukum alam
Menjadi pribadi yang berbeda setiap hari
Adakah siapa yang melihat embun kian utuh menjadi pribadi?
Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Sunday, May 15, 2005
Friday, May 13, 2005
embun tidak ada di sini
Di sini tidak ada embun
Setiap pagi aku menyempatkan diri, memandang dari teras
Memanggil-manggil kesejukannya, tapi tak ada sapaan balik
Di pepohonan hanya ada bulir-bulir es menggantung
Merekam dan mendekap kemilau mentari tanpa mau berbagi
Embun tidak ada di sini...
Cerita apakah ini?
Angin dan terik surya hanya jadi semu kaku
Tak bisa terlihat jejak-jejak sisa pagi
Burung-burung tak mampu menjawab
Mereka sibuk mempersiapkan rumah baru
Karena musim lalu mereka menjelajah daratan lain
Di sini embun tak hadir lagi
Tak ada yang peduli, embun hanya dikenal oleh segelintir nasib
Itu pun karena tak mampu menghindari atau kebetulan
Dan kini, kian tak penting lagi hadirnya
Embun tak pernah bisa tahu apa yang dimau
Karena takdirnya membawanya selalu
Pergi sebelum hari kian meninggi
Dan embun pun tidak ada lagi di sini...
Setiap pagi aku menyempatkan diri, memandang dari teras
Memanggil-manggil kesejukannya, tapi tak ada sapaan balik
Di pepohonan hanya ada bulir-bulir es menggantung
Merekam dan mendekap kemilau mentari tanpa mau berbagi
Embun tidak ada di sini...
Cerita apakah ini?
Angin dan terik surya hanya jadi semu kaku
Tak bisa terlihat jejak-jejak sisa pagi
Burung-burung tak mampu menjawab
Mereka sibuk mempersiapkan rumah baru
Karena musim lalu mereka menjelajah daratan lain
Di sini embun tak hadir lagi
Tak ada yang peduli, embun hanya dikenal oleh segelintir nasib
Itu pun karena tak mampu menghindari atau kebetulan
Dan kini, kian tak penting lagi hadirnya
Embun tak pernah bisa tahu apa yang dimau
Karena takdirnya membawanya selalu
Pergi sebelum hari kian meninggi
Dan embun pun tidak ada lagi di sini...
Tuesday, May 10, 2005
kAU
Kau pernah datang, tapi tidak dengan kesungguhan. Kau membuatku paham, saat kau menemukan jalanmu kembali. Pabila jejak langkahku tiada sisa lagi, tak perlu mengingat akanku, palagi memanggil. Kutahu kau telah sibuk menghitung kerlip bintang gemintang
10mei05
10mei05
Subscribe to:
Posts (Atom)