Inspirasi ke mana pergi?
Bantu aku pulang dari keriuhan rasa
Ke rumah harapan baru
Bimbing jalan melewati rintangan ego
Ke setapak langkah tenang dan damai
Inspirasi ke mana pergi?
Aku masih mengingatmu utuh…
Embun hanyalah setetes pagi yang mencoba menyusun kata. Namun kata selalu mencari makna. Gerombolan pikiran yang berduyun mencari ruang. Tanpa aturan, tanpa batasan. Ada yang memicu, ada yang menginspirasi. Cetak peristiwa masa lalu, baru tadi atau cita-cita ke depan belum pasti. Dan... embun pun menetes jatuh lenyap terserap bumi tatkala fajar kian hangat. Bila kenan kan, nantilah hingga esok hari sebelum jadi pagi. Semoga masih kan ada susunan kata baru...
Friday, October 28, 2005
Friday, October 21, 2005
ahimsa paramo dharma
Salute for I Wayan Juniartha for his article "Melawan Mereka Yang Tak Takut Mati". I always admired particular idea about Ahimsa, since it was hardly to find any movement that based on such a strong effort as what Gandhi initiate in India.
I should start to learn a lot on how to complete my dharma for peace and non-violence. Thus, maybe we can share the world peacefully for ever.
I should start to learn a lot on how to complete my dharma for peace and non-violence. Thus, maybe we can share the world peacefully for ever.
Thursday, October 20, 2005
dibalik jendela
Aku... dibalik jendela malam gelap sunyi
dingin angin di luar sana bermesraan dengan gerimis
musim yang akan segera berganti
perlahan mengukir hadir menggantungkan asa
Aku...dibalik jendela malam mencari
jiwa yang selalu menghangatkan, yang selalu mengisi
hari dan masa yang selalu bersilih menjadi
memastikan keutuhan hasrat dan cinta sejati
Aku... dibalik jendela malam menatap
sosokmu yang hanya ada di sini dan tergambar luas
di seantero malam gelap sunyi
di sekelebatan angin dingin dan gerimis
di selembar foto penuh senyum dan kecantikan sejati
Aku... dibalik jendela malam memandang
kerinduan yang tak tergambarkan
kerinduan akan dirimu... seorang...
belahan cintaku...
dingin angin di luar sana bermesraan dengan gerimis
musim yang akan segera berganti
perlahan mengukir hadir menggantungkan asa
Aku...dibalik jendela malam mencari
jiwa yang selalu menghangatkan, yang selalu mengisi
hari dan masa yang selalu bersilih menjadi
memastikan keutuhan hasrat dan cinta sejati
Aku... dibalik jendela malam menatap
sosokmu yang hanya ada di sini dan tergambar luas
di seantero malam gelap sunyi
di sekelebatan angin dingin dan gerimis
di selembar foto penuh senyum dan kecantikan sejati
Aku... dibalik jendela malam memandang
kerinduan yang tak tergambarkan
kerinduan akan dirimu... seorang...
belahan cintaku...
Saturday, October 01, 2005
pancasila
Satu: Ketuhanan yang Maha EsaDimana Tuhan yang esa ketika ternyata banyak Tuhan dijadikan perisai hidup untuk melampaui kekuasaan dan mengenyahkan Tuhan-Tuhan lain atas nama Tuhan yang esa? Aku masih mencari Tuhan karena aku percaya Dia ada, tak peduli berapa jumlahnya karena jika memang Ia yang paling Maha, jumlah jadi tak berarti untuk diri-Nya.
Dua: Kemanusiaan yang adil dan beradabManusia mana yang adil dan beradab jika banyak manusia tak mengerti apa itu adil dan apa itu beradab? Kemanusiaan tak lebih baik dari sifat kebinatangan yang tahu hidup sederhana dalam memandang kemuliaan diri sendiri. Membunuh untuk kesenangan dan menindas untuk memperluas derajat. Kemanusiaan jadi kehilangan makna ketika nafsu dan kebanggaan menjadi manusia jadi lebih utama dari sekedar harmoni hidup.
Tiga: Persatuan IndonesiaDimana Indonesia? Aku tak tahu harus dimana melukiskan gugusan pulau-pulau yang membentang penuh keragaman. Langit dan daratan seolah diguratkan harap yang ingin saling meniadakan. Memaknai persatuan sebagai segalanya SATU?
Empat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilanApakah rakyat sungguh bisa diwakili? Apakah perwakilan telah mengemban hikmat kebijaksanaan yang merakyat? Terlalu banyak yang dikatakan dalam kebangsaan dan kenegaraan untuk sekedar mengatasnamakan rakyat.
Lima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat IndonesiaMengapa harus hanya keadilan sosial? Bagaimana dengan keadilan harkat dan martabat? Mengapa harus adil, jika ternyata masih ada yang dipimpin dan yang memimpin? Mengapa, jika masih ada penguasa dan yang dikuasai? Mengapa, jika masih ada yang mayoritas dan yang minoritas?
Ternyata Pancasila tak sebesar cita-citanya. Atau cita-cita Pancasila telah dibawa pergi jauh dari nusantara… Mereka yang dikatakan barbar di belahan barat sana, mereka yang enggan mengenal agama, mereka yang penuh kenistaan - kata kalian - ternyata jauh lebih mengenal dan menghayati pancasila daripada sekedar menghafalnya di depan kelas tapi lalu melecehkannya.*memperingati hari kesaktian pancasila*
Subscribe to:
Posts (Atom)