Tuesday, February 24, 2009

This is another reason...


Some quotation from recent news on Pertamina vs House of Representative...
The polemic started when commission-member Effendi Simbolon from the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) said that if Karen intended to protect the interests of President Susilo Bambang Yudhoyono and Vice President Jusuf Kalla in Pertamina, then she was no different than a satpam (private security guard).

Effendi said that Karen’s limited experience at Pertamina was unlikely to do the company any good.

Things turned uglier when Pertamina Corporate Secretary Toharso wrote to lawmakers on Feb. 13 saying that Pertamina was very disappointed with the way the lawmakers had questioned the capacity of its current president director. He considered their questions extra to the initial agenda, thus breaking the House’s internal rules.
And after reading this statement from one of the House member...
A seemingly triumphant Effendi then closed his statement with a message for Karen, unaware perhaps of the irony of his words: “Bu Karen, please be mature.”
It gives me another reason not to vote this year. I am bored and tired to know that House of Representative being paid a lot only to be arrogant and childish representative of people. Their attitude and track records leave me nothing but respect that being left somewhere in the garbage. So Mr. Effendi and their fellow commission members, why don't you yourself start to be mature?

Friday, February 13, 2009

touching story of the bushfire survivor...

For me, the story is simply touching. It's not a great story, but survivor always give us something to remember that there's always support from each other. Not to mention between human and wild animal.

Sam the koala that survive from the Victorian bushfire, you can find the story almost everywhere in the internet. Two of the picture below from this and this. So, wishing you to get well very soon, Sam!


Wednesday, February 11, 2009

Belum dilarang tapi...



Dari Harian Kompas,
Seniman tari Jawa Barat mempertanyakan komitmen Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dalam melestarikan kesenian Sunda. Hal ini terkait imbauan Gubernur agar seniman tari Jabar memperhalus tampilan tari jaipongan.
Yang menarik di sini adalah apakah definisi "memperhalus" itu? Menurut pemerintah, Gubernur hanya mengimbau para penari mengenakan pakaian lebih tertutup. Selain itu, di harian lainnya definisi "memperhalus" tersebut adalah seniman Tari Jaipong agar mentas dengan meninggalkan kemben dan memperhalus lengak goyang, gitek, dan geolnya atau sejumlah tarian yang mengeksploitasi gerakan pinggul dan memperlihatkan bagian ketiak agar dikurangi.

Seharusnya masyarakat Indonesia tidak perlu heran dan menentang pemikiran tersebut. Ide dan tuntutan seperti itu jelas sudah terjustifikasi dengan Undang-Undang No.44 Tahun 2008 tentang Anti-Pornografi. Berarti masyarakat Indonesia seharusnya mendukung kebijakan pemerintah seperti yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat, bukan? Siapa yang ingin relawan untuk sweeping tari Jaipong yang tidak "diperhalus"?

Seharusnya mulai detik ini masyarakat Indonesia harus menuntut kostum tari jaipongan yang tidak memperlihatkan ketiak dan bokong yang menonjol serta kemben harus dilarang. Gunakan pakaian terusan yang menutup seluruh bagian tubuh, jika perlu termasuk wajah karena mungkin saja ada pengunjung yang merasa bibir atau mata si penari sangat seksi dan merangsang. Masyarakat Indonesia bisa menuntut agar koreografi tarian Jaipongan agar dibuat sederhana saja semacam orang gerak jalan di sekeliling panggung.

Jika demikian, apakah masih bisa disebut tari Jaipong? Masih kok! Kan itu sudah sesuai dengan semangat anti-pornografi dan menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius karena memiliki tarian yang religius juga, yaitu tari Jaipong yang tidak menunjukkan ketiak halus, bokong yang menonjol dan goyang seksi.

Wednesday, February 04, 2009

Menelpon tapi tidak tahu siapa yang ditelpon

Pagi ini aku menerima telpon dari nomor berikut ini: +6281383401140. Berikut ini adalah percakapan singkat yang terjadi

Aku (A): Halo
Si Penelpon (SP): Salam [salam agamis]. Selamat pagi.
A : Selamat pagi, saya bicara dengan siapa ya?
SP : Maaf kalau boleh mengganggu sebentar. Apakah betul nomor telpon ini adalah 0813856... (sekian-sekian) [dieja dan memang nomor telpon genggamku]
A : Betul
SP : Sebelumnya, boleh tahu nama bapak siapa?
A : Lho, Anda menelpon nomor saya tapi tidak tahu nama saya. Aneh! Anda dari mana ya?
SP : Yaaaa... Saya telpon nomor ini dan ternyata betul maka sementara ini saya panggil kamu dengan panggilan Andi ya?
A : Tidak, tidak! Saya ingin tahu Anda dari mana? Kok bisa Anda punya nomor hp saya tapi tidak tahu nama saya. Saya tidak mau bilang siapa nama saya!
SP : Kalau begitu saya panggil kamu dengan nama Andi ya.

Aku merasa tidak perlu melanjutkan dan langsung saya tutup. Si penelpon tidak berusaha menelpon lagi. Berarti ada yang aneh dengan panggilan dan penelpon tersebut.

Jujur saja, aku cukup emosi dengan telpon demikian. Aku tidak peduli bahwa percakapan tersebut diawali oleh salam pembuka yang religius dan bersahabat. Namun, karena tujuan menelpon tidak diungkapkan sejak awal. Ditambah lagi keanehan dimana si penelpon tahu nomor telponku tapi tidak tahu namaku, malah bertanya dengan nada menuntut (karena memaksa memanggil dengan nama yang dia sukai sendiri).

Selain itu, aku sebenarnya curiga. Biasanya, jika aku menerima telpon promosi produk dari bank misalnya, maka mereka akan dengan jelas menyebutkan diri dan memperkenalkan nama mereka. Setidaknya, aku masih berkenan mendengar apa yang ingin mereka sampaikan. Meskipun, pada akhirnya tentu aku tidak tertarik dengan penawaran mereka. Tapi, mereka masih bertutur dan bernada sesuai dengan etika berkomunikasi. Sedangkan orang yang menelpon dengan nomor tersebut, jelas-jelas tidak memiliki etika dan tata cara yang layak berkomunikasi.

Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan, tapi bagiku nomor hp tersebut cukup mencurigakan jadi hati-hatilah jika Anda menerima telpon dari nomor tersebut atau juga nomor lainnya yang tidak Anda kenal sebelumnya.