Monday, January 28, 2008

Rest in Peace: Pak Harto


The former Indonesian President, the father of development, and one of the Asian dictator, Suharto (or Soeharto?) just died. It was a strange feeling to see at television all of his picture and activities being flash back again. It was also a funny feeling when I saw morning newspapers showing black frame with his "smiling" picture. Even I feel more bitter that I have not yet know how I should put my self on his controversy.

I cannot deny that I am part of 'Orde Baru' cohort. That's mean that somehow I benefited from Suharto's economic success from his first day ruling the country. I saw and able to use the improvement in infrastructures. I could get better health services. I enjoy great economic stability. I could study well with improvement in most of education facilities (thanks God, I could reach quite enough high education attainment!). And many more. On the other hand, I also noticed that he was quite repressive. Simply, I learn about term 'dictatorship' based on many writings commenting about his way of leadership. Furthermore, after I more and more understanding my beloved country's politics I learned that he was not an ideal leader to my country. He is good as one person, but he is also bad as another one. I am not so good to analyze all of those kind of things.

But one thing for sure, Pak Harto is my second president. He is one of Indonesian leader who lead this country into several achievements that makes this country great (was and will). Meanwhile, he makes mistakes just like "not holy" human. Probably, a lot of mistakes. Let's do simple justice in mind and heart. Put his good and bad as a huge reference for our better country development. Take all of his good deeds and use them as improvement lessons, and understand all of his bad ones as warning that such things should not be happen again in the future.

After all, I would like to pray rest in peace for Pak Harto. Now, it's only between him and God.

Tuesday, January 22, 2008

On international-trade posting

Please kindly visit my KaFE and help me with international-trade economics query.

telur mata sapi ala cinta


Aku hanya ingin membuktikan bahwa foto-foto iklan mie instant atau makanan cepat saji lain yang memuat telur yang bentuknya bagusssssss sekali itu bukan sekedar rekayasa untuk mempercantik. Dengan bantuan cetakan dan penyesuaian besarnya api di kompor, maka terciptalah telur mata sapi (sunny side up) yang lumayan tebal dengan bentuk hati ini. Oh ya, tidak perlu minyak goreng banyak sewaktu menggorengnya lho... Yang jelas, penggorengannya harus cukup rata permukaanya.

Telur ini aku persembahkan untuk sarapan istrinda tercinta...

Thursday, January 17, 2008

Anda tertarik melihat sedikit saja dari sekian banyak pelanggaran lalu lintas yang dilakukan para pengguna jalan raya di Indonesia?

Silahkan kunjungi Malu Dong. Di situ tersedia berbagai foto sebagai bukti-bukti pelanggaran lalu lintas yang kerap dilakukan oleh para pengguna jalan raya, termasuk aparat dan pejabat pemerintahan. Selain itu, ada juga beberapa tips berlalu lintas yang baik.

Penyebab Backward Travelling Wave: Contoh Kasus Kota Depok

Di harian Media Indonesia pagi ini (Kamis, 17 Januari 2008, hal.4), ada satu artikel di rublik Layanan Publik tentang fenomena kemacetan di Depok. Berita lengkapnya berjudul 'Zebra Cross' pun tidak Bertambah di Depok (Maaf, link beritanya membutuhkan subscription). Aku tertarik dengan artikel tersebut karena memberikan bukti empiris atas penyebab Backward Travelling Wave seperti yang aku tulis sebelumnya.

Di artikel tersebut Subandi, seorang warga Perum Depok Mulya III mengeluh tentang dampak banyaknya penyeberang jalan sebagai berikut,
"Dua orang melintas, lalu di depan menyebrang lagi lima orang, tidak jauh dari sana, ada lagi rombongan orang menyebrang. Engak heran kalau di dua kawasan itu (Pintu selamat datang Kota Depok dan depan Kampus Universitas Guna Darma, red.) selalu macet"
Tidakkah keluhan Subandi tersebut sama persis seperti penyebab No.1 dari Backward Travelling Wave? Keluhan Subandi tersebut masih bisa ditambah lagi jika kita melanjutkan perjalanan melewati Margo City - Depok Town Square kemudian melalui persimpangan Jl. Margonda Raya - Jl. Juanda yang tidak hanya dipadati oleh penyeberang jalan tetapi juga tempat pemutaran balik atau U-turn dan lampu lalulintas (di persimpangan Margonda - Juanda). Belum lagi banyaknya angkot yang mangkal atau berhenti secara tiba-tiba di sisi kiri jalan.

Di artikel tersebut juga diusulkan agar jumlah jalan penyeberangan orang (JPO) atau zebra cross ditambah. Bahkan Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Metro Depok Komisaris Harry Sulistiadi mengatakan,
"Di kawasan pusat perbelanjaan, tidak cukup hanya membuat zebra cross, tapi membangun jembatan penyeberangan orang"
Anda semua pasti secara aklamasi setuju jika ada jembatan penyeberangan di jalan Margonda Raya, khususnya di depan Margo City - Depok Town Square. Namun, jembatan penyeberangan bisa jadi tidak memecahkan masalah secara efektif. Ada satu alasan yang diantara para pengguna jalan sangat jarang dikemukakan, yaitu: sangatlah 'sulit' (baca: MALAS!) untuk mendaki tangga jembatan penyeberangan. Dengan kata lain, jembatan penyeberangan sangatlah tidak nyaman untuk banyak penyeberang. Argumen lain mengapa jembatan penyeberangan tidak efektif adalah waktu untuk menyeberang jalan menjadi relatif lama. Selain itu juga, jembatan sangat mahal untuk dibangun serta memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang lebih rumit.

Sesungguhnya, menambah jumlah zebra cross relatif lebih efektif dibanding jembatan penyeberangan. Selain menambah jumlah, ukuran zebra cross tersebut juga perlu diperbesar agar bisa menampung jumlah penyeberang yang lebih banyak. Dan yang terakhir, yang bisa menambah efektifitas dan waktu penyeberangan, di beberapa zebra cross harus menggunakan lampu lalu lintas otomatis untuk para penyeberang. Contoh yang patut ditiru adalah sepanjang jalan H.R. Rasuna Said - Kuningan yang menerapkan sistem zebra cross dengan lampu lalu lintas.

Pak Walikota perlu melakukan kajian yang mendetil tentang kebutuhan akan jumlah dan ukuran zebra cross beserta kelengkapan rambu-rambu dan lampu lalu lintasnya. Dan, yang paling sulit, adalah mendidik dan men-sosialisasikan kepada masyarakat bahwa menyeberang jalan 'harus' di zebra cross.

Wednesday, January 16, 2008

on the ultimate resource

Please kindly find "The Ultimate Resource II: People, Materials, and Environment" by Julian Simon. One of the best writings evidently proved that human is the main factor affecting the process of development as well as environment.

Cafe Hayek briefly posted a support on Simon's Ultimate Resource by quoting Mary Anastasia O'Grady findings and mention,
A land rich in petroleum, arable land, and iron ore and other minerals is useless to a society of humans incapable of rational thought and intolerant of change. Nor would such a land of potential plenty realize its potential if its inhabitants are restrained by tyranny or by widely shared misconceptions that individual enterprise, innovation, profit, and the pursuit of worldly pleasures are degrading or sinful.
So, after reading all of the above materials suddenly I remember Indonesia... A big country, with abundant natural resources and population.

Wednesday, January 09, 2008

My emissions tests assessment at kaFE Depok

I post a simple assessment on new emissions tests policy. If you have a bit of time, please kindly take a short visit and any comments or suggestions are welcome indeed.

Saturday, January 05, 2008

A Beautiful Mind on Prisoner's Dilemma

I kind of amazed on how the American movie maker is trying to figure out the initial discovery of Prisoner's Dilemma. As shown by following clip of the movie A Beautiful Mind, I love the quote below:
If we all go for the blonde and block each other, not a single one of us is going to get her. So then we go for her friends, but they will all give us the cold shoulder because no one likes to be second choice. But what if none of us goes for the blonde? We won't get in each other's way and we won't insult the other girls. It's the only way to win. It's the only way we all get laid.
Enjoy!

Friday, January 04, 2008

Tidak heran...

Perhatikan kutipan data yang disajikan kompas ini berikut:
Berdasarkan catatan Kompas, perkembangan jumlah kendaraan bermotor rata-rata meningkat 9,8 persen per tahun. Jumlah kendaraan bermotor tercatat 4,9 juta. Setiap hari sedikitnya 299 STNK mobil baru diajukan ke Polda Metro Jaya.

Rasio jumlah kendaraan pribadi dibandingkan dengan kendaraan umum adalah 98 persen berbanding 2 persen. Persoalannya, panjang jalan hanya bertambah kurang dari 1 persen, sedangkan pertambahan kendaraan rata-rata 9,8 persen.
Dari informasi tersebut, ada dua fakta utama yang seharusnya kita sadari:
  1. Pertambahan panjang jalan TIDAK AKAN PERNAH lebih cepat daripada pertambahan kendaraan. Mengapa? Karena luas permukaan tanah untuk dibangun jalan TIDAK PERNAH BERTAMBAH!
  2. Meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor, baik mobil maupun motor, adalah keniscayaan. Artinya? Akan sangat sulit mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang beredar di jalan selama penduduk masih bertambah terus.
Jadi, seharusnya kita tidak perlu heran bagaimana kemacetan di DKI Jakarta semakin parah di hari-hari ke depan. Dengan mengamini kedua fakta tersebut maka menjadi jelas bahwa:
  1. Meningkatkan panjang jalan sama sekali bukan solusi mengatasi kemacetan di DKI Jakarta
  2. Membatasi kepemilikan kendaraan bermotor juga bukan solusi untuk mengatasi kemacetan
Solusi yang paling mungkin haruslah secara sistematis dan sinergis mengkaitkan antara sisi ketersediaan (supply side) dan sisi kebutuhan (demand side). Dalam hal ini, sisi ketersediaan diwakili oleh sistem transportasi massal yang efektif dan handal sedangkan sisi kebutuhan diwakili oleh perilaku pemanfaatan dan penggunaan jalan raya oleh para pengguna.

Dari sisi ketersediaan, sistem transportasi massal seperti Busway atau KRL Blue Line merupakan suatu solusi yang perlu (necessary) tapi belum cukup (sufficient). Kecukupan solusi tersebut baru dapat dicapai jika juga ada solusi dari sisi kebutuhan dengan cara membatasi penggunaan jalan raya. Misalnya, mengurangi jumlah kendaraan yang digunakan di jalan raya. Mohon dicatat, pengurangan ini tidak berarti membatasi masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi. Melainkan, pengurangan ini berarti masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di jalan raya. Berkurangnya jumlah kendaraan pribadi dapat berarti meningkatnya kebutuhan akan sarana transportasi umum yang cukup dan handal.

Apakah kebijakan yang efektif untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi? Sebenarnya ada beberapa, namun yang paling mungkin diterapkan saat ini salah satunya adalah menaikkan tarif parkir di hampir semua areal parkir sebesar lebih dari 50 persen. Pendapatan dari hasil pungutan parkir tersebut sedianya bisa dialokasikan untuk meningkatkan kualitas dan kehandalan sarana transportasi umum.

Jika kebijakan tersebut ingin dijalankan, maka akan ada beberapa pihak yang bermasalah:
  • Pengguna mobil pribadi pasti akan keberatan, terutama pengguna mobil pribadi untuk usaha. Solusinya, kita bisa membedakan tarif parkir untuk kendaraan-kendaraan niaga non-pribadi.
  • Pengelola parkir pasti akan berpotensi untuk mengeruk hasil yang besar dan melakukan praktek korupsi. Solusinya, harus ada sistem pengawasan dan laporan yang terbuka serta disajikan secara berkala melalui media massa. Harus ada mekanisme audit publik, seperti laporan keuangan yang disajikan oleh perseroan terbatas di surat kabar setiap tahunnya.
  • Pengelola sistem transportasi umum akan kesulitan memenuhi kebutuhan yang tinggi dari sekian juta penduduk DKI Jakarta. Solusinya, perusahaan pengangkutan harus beroperasi secara profesional dan efisien.
Tanpa memikirkan sisi ketersediaan dan kebutuhan tadi, maka tidak heran apa pun kebijakan yang dilakukan tidak akan pernah secara efektif memecahkan persoalan kemacetan di DKI Jakarta. Selain itu, disiplin dan pengelolaan arus lalu lintas (termasuk penduduknya) juga harus ditegakkan. Masih banyaknya pengguna jalan yang (pura-pura) buta dengan rambu dan lampu lalu lintas, dan jumlah mereka semakin banyak maka tidak heran pula bahwa upaya memecahkan persoalan kemacetan akan "sulit" untuk dilaksanakan.

Aku mendengar, ada yang bilang aku pesimis... Betul? Iya, aku pasti selalu pesimis kalau menyoal tentang ketertiban dan disiplin di DKI Jakarta. Untuk yang satu ini juga tidak perlu heran ya...

Tuesday, January 01, 2008

moving forward 2008

A new year is new full days of another great and inspiring journey...

I wish you all a good, happiness, and successful year in 2008.